Kota Batu, Suara Indonesia-News.Com – Program pertanian organic yang yang diluncurkan Pemkot Batu sejak tiga tahun lalu, kini mulai mendapat respon masyarakat, pengembangan pertanian organic dalam perkarangan rumah ternyata sejalan dengan program masyarakat di 24 desa dan kelurahan di kota Batu.
Di kawasan Kelurahan Dadaprejo, Kecamatan Junrejo ternyata sejak tahun lalu sudah mengembangkan pertanian organic dalam pekarangan rumah. Nurwandi koordinator pengembangan pupuk organic Dusun Dadaptulis dalam kelurahan Dadaprejo, saat ditemui, Selasa pagi (3/11/2015) mengatakan sayuran organic yang ditanam dipekarangan warga dan dihalaman rumah sudah berlangsung sekitar dua tahun lalu.
“Alhamdulillah dengan menanam sayur-sayuran dihalaman rumah dapat menghasilkan uang , ada yang jual setiap pohon jenis brongkol itu laku hingga Rp 15. 000. Kalau misalnya kita membutuhkan sayuran, tanaman tersebut bisa langsung dimasak” kata Nurwandi.
Menurutnya, di dusun Dadaptulis Dalam itu sedikitnya ada 25 pekarangan dan halaman rumah yang membudidayakan tanaman sayur-sayuran, ada jenis brongkoli, bawang merah, cabe kriting, cabe merah dan bayam serta sledri.
“Yang membeli hasil tanaman tersebut selain warga sekitar, juga ada sebagian wisatawan yang berkunjung ke kota Batu,” kata Nurhadi yang juga diamini oleh Kasiem yang tak lain tetangganya sendiri
Ia berharap, dengan pengembangan pertanian organic, pemerintah memperhatikannya . apakah bentuk perhatiannya itu bisa juga dengan bantuan bibit, modal dan sosialisasi.
“Ya sebagai rakyat kecil mohon deperhatikanlah,” ungkapnya
Sementra itu Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kota Batu, Budi Santoso mengatakan akan memeprhatikan pengembangan pertanian organic di desa-desa dan kelurahan di kota Batu.
Langkah yang dilakukan Tosi panggilan akrab Budi Santoso yaitu pada akhir Oktober 2015 Pemkot Batu bekerja sama dengan Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya (UB) Malang untuk melakukan penelitian tentang pengembangan pertanian organic dalam kawasan pekarangan rumah.
“Saat ini sedang kita teliti jenis sayur apa saja yang cocok untuk ditanam dalam pekarangan rumah. Termasuk kita teliti pula harga jualnya. Supaya sayuran organic yang ditanam masyarakat bisa terjual kepasar, hotel dan supplier sayur mayur yang tinggal di Kota Surabaya, Jakarta,” ungkap Budi.
Menurutnya, setiap desa disiapkan bantuan Rp200 juta untuk pengembangan sayuran organic. Anggaran yang diberikan Pemkot Batu kepada kelompok masyarakat, untuk biaya membeli benih tanaman, membeli kantung plastik tempat menanam benih sayur mayur.
Termasuk untuk membeli pupuk organic sekaligus biaya pasca panen.
“Total anggarannya mencapai Rp4.8 miliar. Program pertanian organic dalam kawasan pekarangan rumah sudah kita masukan dalam R APBD Kota Batu tahun 2016,” jelasnya.
Dijelaskan, sejak tahun 2012 hingga saat ini, ada 14 desa telah mengembangkan pertanian organic. Total lahan yang ditanami sayuran dan apel, jeruk serta padi organic mencapai 140 hektar.
Secara umum program pertanian organic yang ditanam dalam area persawahan dan ladang kurang memuaskan. Karena pengaruh lingkungan dan kondisi tanah belum 100% organic.
“Air yang mengalir dalam kawasan hamparan pertanian organic, masih mengandung pupuk dan obat kimia. Jadi kita istilahkan masih menuju pertanian organic,” urainya.
Kata Tosi, saat masyarakat mulai menanam sayuran organic dalam pekarangan rumah. Pemerintah sudah menyiapkan jaringan pemasarannya.
“Programnya menggelar pameran produk organic di Kota Surabaya dan Jakarta. Yang penting saat ini masyarakat harus sanggup menjaga kualitas dan kuantitas sayuran organicnya,” Pungkasnya.(Adhi Wiyono).