Di Abdya, Harga Pinang Kering Anjlok Petani Kecewa

oleh -509 views
Muliadi Hamit penampung pinang dan cacao di Abdya,saat memperlihatkan stok pinang kering mati,sebanyak 50 ton yang lagi dimasuk karung.

ACEH ABDYA, Selasa (19/2/2019) suaraindonesia-news.com – Harga buah pinang kering di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) kembali Anjlok, sebelumnya harga mencapai Rp 13-15 ribu per kilogram, sekarang ini harga turun dratis Rp 8-9 ribu perkilogram.

Pada Selasa (19/2) harga pinang turun, dari harga Rp 13-15 ribu per kilogram hingga turun mencapai Rp 8-9 ribu per kilogram. Namun di angka tersebut, harga perlahan–lahan turun.

Muliadi Hamid (45) salah seorang pengepul di jalan blangpidie,tapaktuan mengatakan, harga buah pinang turun perkilonya semenjak Tiga bulan terakhir ini.

“Benar, harga sekarang turun, harga dasar Rp13 ribu perkilogram. Kalau saya membeli ke agen keliling dengan harga Rp 11 ribu itu yang bagus keringnya. Jika tidak kering atau basah harganya tetap Rp.8 sampai 9 ribu,” ujar Mulyadi saat ditemui awak media di kedainya.

Ia mengaku, masyarakat banyak yang terkejut dengan anjloknya harga tersebut karena harga tawar pinang dari pedagang luar negeri yang diexspor kini semakin terkendala.

“Ya, banyak masyarakat kecewa dengan harga segitu. Saya pun sebagai pengepul tak sanggup membeli dengan harga yang lebih tinggi. Cuma Rp 11 ribu  itu yang kering  mati kalau kering basah harga paling tinggi yang mampu saya beli Rp.8sampai 9 ribu,” keluh Mulyadi.

Lebih lanjut, ia mengatakan, terkait itu semua, peran pemerintah yang dapat mengatur situasi ini, dengan kebijakan otiritasnya, pemerintah mampu mengendalikan.

“Nah, sekarang pertanyaannya di situ, mampu gak pemerintah ambil posisi dalam mengedalikan grafik perdagangan tersebut,” katanya.

Sementara itu. Salah seorang warga gampong setia Mustafa (43) yang mempunyai batang pinang di sekitar lahan kebun juga mengeluh. Menurutnya, hanya sekali jual saja dia merasakan manisnya harga pinang.

“Wah saya kaget dengan harga sekarang, jauh sekali menurun dari harga beberapa bulan yang lalu. Gimana lagi, mau tak mau dijual saja,” ujarnya.

Selain itu, kata dia, beberapa tahun belakangan grafik kenaikan harga selalu tidak stabil, bak pepatah usang manisnya berbuah pahit.

“Selalu begitu, kenaikan cuma sebentar saja, setelah itu turun lagi,” tuturnya.

Reporter : Nazli Md
Editor : Amin
Publisher : Imam

Tinggalkan Balasan