Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Berita UtamaPendidikanPeristiwaRegional

Sebab Kematian Bayi belum Terpecahkan, Plt Kadinkes Sumenep Sebut Bukan Lantaran SHK

Avatar of admin
×

Sebab Kematian Bayi belum Terpecahkan, Plt Kadinkes Sumenep Sebut Bukan Lantaran SHK

Sebarkan artikel ini
IMG 20231124 210904
Foto : Gedung Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep.

SUMENEP, Jumat (24/11/2023) suaraindonesia-news.com – Kasus dugaan malpraktek seorang bayi di Puskesmas Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur yang terus menjadi buah bibir dikalangan masyarakat hingga dapat respon dari Dinas Kesehatan Sumenep.

Sebelumnya, dari pengakuan ibu kandung bayi, Rumnaini menjelaskan bahwa bayinya selalu menangis saat dibawa pulang hingga sampai di rumahnya setelah dilakukan SHK .

“Mulai di Puskesmas menangis sampai rumah masih saja tetap nangis,” kata Rumnaini beberapa waktu lalu.

Saat itu tubuh bayi terdapat bekas prosedur SHK yang masih membekas berwarna ungu disekeliling titik yang disuntik.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Sumenep, Agustino Sulasno mangaku koordinasi dengan pihak terkait yakni Puskesmas Kecamatan Batang-Batang telah dilakukan.

Baca Juga: Diduga Lalai dalam Pelayanan, DPRD Sumenep Akan Panggil Puskesmas Batang-batang

“Kami telah datang ke Puskesmas Batang-Batang untuk mengklarifikasi,” Ucapnya pada awak media Jumat, 24 November 2023.

Tidak sampai disitu, sebagai bentuk keseriusannya dari kasus kematian bayi tersebut agus juga telah melakukan koordinasi dengan Forum Pimpinan Kecamatan (Forpimka).

Selain itu, nantinya pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep berencana akan mengunjungi rumah orang tua bayi yang telah meninggal.

“Waktu dekat ini, kami akan datang untuk belasungkawa dan silaturahim,” ujarnya.

Menurutnya, usai mengklarifikasi dengan pihak korban berdasarkan hasil pemeriksaannya, ia menyimpulkan bahwa prosedur hipotiroidisme kongenital (SHK) yang dilakukan sudah tepat.

Baca Juga: UMK Sumenep 2024 akan Naik Sekitar 3.3 %, Ini Detilnya

Baca Juga :  Ini Pesan Ketua DPRD Sumenep Di Hari Lahir Pancasila

Program Skrining Hipotirid Kongenital sendiri kata Agus merupakan program pemerintah sesuai SE Menkes tahun 2022. Sedangkan Tujuan SHK deteksi awal terjadinya kasus yang disebabkan gangguan tiroid pada bayi.

“Apabila ditemukan dari awal maka bisa dicegah Pengambilan darah antara 48 sd 72 jam sesudah lahir. Pengambilan di lakukan di tumit dan bisa diambil oleh tenaga kesehatan yang sudah dilatih, baik bidan atau perawat,” papar Agus.

Agus menegaskan peristiwa kematian bayi yang viral kemarin dipastikan bukan disebabkan karena prosedur SHK yang dilakukan Puskesmas Batang-batang.

“Bukan, karena petugasnya sudah terlatih dan bukan karena efek SHK. Kalau efek SHK sudah banyak bayi yang meninggal karena semua bayi dilakukan SHK,” jelasnya.

Dalam pengakuan kepala Puskesmas Batang-Batang sebelumnya, Fatimatus Insaniyah mengatakan telah membenarkan atas bayi dari ibu Rumnaini melakukan prosedur SHK.

Menurutnya, prosedur yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertugas kala itu sudah dengan cara tepat. Petugas nakes sendiri sudah memiliki izin praktik dan mendapat surat tugas pendelegasian wewenang klinis.

Baca Juga: BK DPRD Sumenep, Pastikan Anggota DPRD Inisial L Disanksi Terkait Dugaan PHP Proyek

“Cara pengambilan sampelnya untuk SHK juga sudah betul, setelah diambil sampel dari tumitnya langsung ditutup dengan alkohol set dan dilekatkan hypafix,” terangnya.

Fatimatus Insaniyah juga mengungkapkan, pihak pasien semestinya menanyakan ke pihak RSI Garam Kalianget guna memastikan hasil identifikasi versi disana, guna mengetahui kendala yang dialami bayi meninggal tersebut.

“Seharusnya ditanyakan kematian itu karena apa?, Insya Allah RSI Garam Kalianget dokternya sudah menjelaskan kenapa bayi itu panas kemudian kenapa bayinya sesak,” katanya.

Ia mengaku telah konfirmasi ke dokter di RSI Kalianget, atas kematian bayi Rumnaini, ternyata bukan karena itu (efek SHK, red). Jadi karena ada penyakit lain. Itu ada infeksi Pnemonia.

“Lebih baik bisa tanyakan langsung ke dokter yang memeriksa saat itu. Jadi kan itu ada sesaknya, mungkin ditanyakan juga apakah sebelum sesak itu dia pernah dikasih apa. Bisa jadi bayi itu tersedak. Jika ada yang dimasukkan bisa jadi tersedak dan bisa masuk ke paru-paru,” paparnya.

Ia menegaskan, SHK dan pengambilan sampel darah bayi tidak menimbulkan efek samping, apalagi menimbulkan demam atau sesak napas.

Baca Juga :  Tersangka Kasus Tanah Tak Kunjung Ditahan Polda Jateng, Gamat RI Datangi Kemenko Polhukam

Sedangkan, dari pihak Humas RSI Garam Kalianget, dokter Yanti telah membantah bahwa kasus kematian bayi tersebut bukan ulah dari dokter di rumah sakitnya.

“Yang tahu itu dokter yang merawat ya mas. Kita belum ketemu dengan dokternya, kita hanya alurnya saja,” katanya saat dihubungi via telepon.

ia mengungkapkan pihaknya telah merekomendasikan bayi supaya dirujuk ke rumah sakit di Sampang lantaran pihak RSI tidak memiliki alat memadai.

“Karena memang kami tidak memiliki alat untuk penanganan lebih lanjut, sehingga kami menyarankan untuk dirujuk ke Sampang,” pungkasnya.

Reporter : Ari
Editor : Amin
Publisher : Eka Putri