JEMBER, Senin (12/11/2018) suaraindonesia-news.com -.Berdasarkan penelitian Badan Intelejen Negara (BIN) selama 2017 diketahui sebanyak 39 persen mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi telah terpapar paham radikalisme. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala BIN Republik Indonesia, Budi Gunawan saat menjadi pembicara ceramah umum Kepala BIN kepada BEM PTNU se-Indonesia di Kampus Universitas Wahid Hasyim, Semarang, april 2018 lalu.
Budi juga menyebut bahwa 23,3 persen pelajar SMA setuju dengan tegaknya negara islam di Indonesia. “39 persen mahasiswa terpapar paham radikal. Ada 15 provinsi yang jadi perhatian kita dan terus amati pergerakannya,” terang Budi.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), M. Nasir menyebut lebih dari 7 kampus sesuai yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), telah terpapar paham terlarang tersebut. Bahkan Nasir mengatakan pola penyebarannya sudah langsung ke individu melalui media sosial.
Dilansir dari metrotnews.com, BNPT telah merilis sebanyak tujuh kampus ternama yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), hingga Insitut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB) terpapar radikalisme.
“Saya melihat tidak hanya tujuh kampus itu saja yang terpapar, potensinya besar,” kata Nasir, di Jakarta, Kamis, 31 Mei 2018.
Nasir kemudian mengintruksikan pimpinan Perguruan Tinggi (PT) di seluruh Indonesia telah melakukan pencegahan terhadap perkembangan paham radikalisme tersebut.
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kependudukan Universitas Jember (UNEJ) juga ikut andil dalam gerakan pencegahan paham radikalisme tersebut. Para mahasiswa yang tergabung di dalamnya menyelenggarakan seminar nasional pembentukan karakter Pancasila, Minggu (11/11/2018).
“Kami turut bertanggung jawab untuk menjaga NKRI melalui pembangunan karakter sebagai wujud ketahanan keluarga. Insan muda berencana adalah insan yang siap terhadap perkembangan zaman, mempunyai karakter bela negara, di samping itu juga Universitas Jember bersemboyan Religius Nationalis,” terang Pembina UKM Kependudukan, Mohammad Nurhudan.
Sementara itu, Pabandya Bhakti TNI Kodam V Brawijaya, Letkol. Inf. Didi Suryadi dalam paparannya mnjelaskan bahwa langkah UKM Kependudukan menyelenggarakan pembangunan karakter ini merupakan upaya membentuk ketahanan keluarga yang akan berkontribusi pada ketahanan nasional melalui program KKBPK (Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga).
“Nah ketahanan keluarga tersebut meliputi ketahanan ideologi, hanya ideology Pancasila yang harus kita pertahankan. Selain ideologi Pancasila, No way, Tolak ! Ketahanan politik kita adalah demokrasi Pancasila, di luar itu tolak. Ekonomi kita adalah ekonomi Pancasila, di luar itu tolak.” tegasnya.
Letkol Didi mengibaratkan Indonesia sebagai rumah yang harus dibangun oleh seluruh masyarakat Indonesia.
“Rumah Indonesia dibangun di atas dasar pondasi Pancasila, dengan tiang-tiang berupa UUD 1945, atas dari rumah Indonesia itu adalah NKRI, dan penghuni rumah Indonesia itu adalah Bhinneka Tunggal Ika yang hanya boleh ditempati oleh mereka yang beragama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Maka ketika ada orang yang tidak beragama, orang yang tidak mengakui adanya Tuhan, mengetuk pintu rumah Indonesia untuk minta jatah hidup di rumah Indonesia, jangan pernah bukakan pintu rumah Indonesia,” jelas Letkol. Didi.
Reporter : Guntur Rahmatullah
Editor : Amin
Publisher : Imam