Reporter: Lukman
Blora, Jum’at (30/12/2016) suaraindonesia-news.com – Puluhan hektar tanaman padi di desa Soronini Kecamatan Todanan Blora Jawa Tengah terancam gagal panen tanaman padi (puso) yang berusia 60 hari itu terserang penyakit merah meski sudah diobati namun tidak ada perubahan.
Puluhan hektar tanaman padi di Desa Soronini, Kecamatan Todanan, Blora, Jawa Tengah terancam gagal panen, bagai mana tidak, padi yang baru berusia dua bulan terserang penyakit abang atau penyakit abangan penyakit yang menyerang dari akar dan menyerang daun itu sangat meresahkan para petani meski sudah di tangani dengan menggunakan pestisida penyakit merah masih saja muncul bahkan semakin meluas pada tanaman padi yang terlihat subur.
“Untuk mengantisipasi agar tidak semakin meluas sejumlah petani mencabuti tanaman padi yang terkena penyakit merah langkah ini di lakukan agar penyakit yang menyerang tidak semakin meluas,” Kata Suyat petani di desa Soronini.
Sejumlah petani mengaku penyakit merah atau abangan tersebut baru kali ini menyerang tanaman mereka, oleh sebab itu para petani mengaku resah dan khawatir akan terjadi gagal panen.
Petani berharap pihak Dinas Pertanian (Disperta) bisa membantu memberikan pedampingan mengatasi penyakit tersebut. Sebab, para petani hanya menggantungkan hidup dari hasil tanaman jika sampai gagal panen tentu akan menambah beban para petani.
Sementara itu Sukarji RT/RW. 04/02 Dukuh Ngepung Desa Kentong Kecamatan Cepu Kabupaten Blora bersama Kasbi RT/RW. 02/02 Desa Cabean Kecamatan Cepu Kabupaten Blora. Ketika dikonfirmasi wartawan Suara Indonesia News. Menyampaikan 2 hektaran padi dipetak sawahnya hancur diserang hama wereng coklat. Belum yang lainnya hampir semuanya diserang.
“Ciri ciri padi yang diserang hama wereng coklat batang padi membusuk. Daunnya mengering dan padi mati,” kata kasbi.
Kasbi sudah berupaya dengan pengendalian antisipasi hama dengan menggunakan obat semprotan plenum synggenta perkantong plastik ukuran 50 WG.L dengan harga Rp.175.000 dan digunakan hanya 3 hari. Sampai sejauh ini suraji dan kasbi sudah menghabiskan 10 kantong plastik. Belum ada solusi. Keduanya sudah merugi hampir Rp.14 juta dan mungkin tidak mungkin medapatkan hasil panen. “ini sudah puso mas,” kata suraji.
Suraji menambahkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) merupakan petugas dari Dinas Pertanian kota/kabupaten yang diperbantukan untuk memberikan pengarahan, pembinaan, dan penyuluhan di bidang pertanian dengan basis administrasi kecamatan. Juga tidak ada sama sekali membina, dan memberikan Penyuluhan untuk pengendalian hama wereng.
“Harusnya PPL perlu melakukan pendekatan dengan memahami kemampuan kelompok maupun perorangan agar materi yang disampaikan kepada petani dapat dicerna dengan baik oleh petani. dan kami bisa menanggulangi serangan hama wereng ceklat,” pungkas Suraji.