SUMENEP, Senin (5/12/2022) suaraindonesia-news.com – Salah satu historis dari program seragam gratis bagi siswa SD sederajat adalah pemberdayaan bagi penjahit lokal.
Diketahui dana dari program tersebut bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Kepala dinas pendidikan Kabupaten Sumenep Agus Dwi Saputra mengatakan bahwa Pemkab Sumenep telah menyiapkan program berupa seragam sekolah gratis bagi siswa baru jenjang SD sederajat.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, ia cukup terbuka pada siapa saja dalam program tersebut dan tidak ada yang dominan, semuanya bisa mengontrol.
“Kalau saya mau seragam gratis itu di pabrikasi, bisa saja saya lakukan, karena itu lebih murah ongkosnya, cuma saya tidak seperti itu,” ujarnya saat dikonfirmasi mengenai dampak dari program seragam tersebut.
Namun sepertinya cita-cita mulia Bupati Sumenep Ahmad Fauzi untuk memperdayakan penjahit lokal, terkesan program PHP (Pemberi Harapan Palsu) saja dan akan menjadi catatan merah dari para penjahit lokal Sumenep, karena ketidak jelasan dari pihak dinas pendidikan (Disdik) sebagai pelaksana.
Salah satu ketidak jelasan Disdik sebagai pelaksana mengenai penetapan harga yang masih main petak umpet, begitu juga dengan pendataan penjahit lokal yang akan diperdayakan belum ada kepastian.
Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Sekolah Dasar (Kabid SD) Ardiyansyah mengenai ongkos jahit seragam tersebut, dirinya mengarahkan agar komunikasi langsung dengan pemenang tender, Babur Rahman.
“Mengenai program seragam gratis tersebut agar komunikasi langsung dengan Babur sebagai pemenang tendernya,” ujarnya saat dihubungi media ini.
Dikonfirmasi terpisah, Babur Rahman mengakui bahwa ia memang pemenang tender seragam gratis tersebut.
“Iya betul saya pemenang tendernya, yang menyediakan pengadaan kainnya, serta proses pembuatan seragamnya sampai selesai selama dua minggu, karena kontrak saya hanya sebulan sampai akhir Desember,” ujarnya.
Ditanya soal apakah penjahit lokal sudah ada yang sanggup menjahit, dirinya mengakui belum ada yang siap karena persoalan harga yang relatif murah.
Baca Juga: Dampak Program Seragam Gratis Disdik Sumenep, Nasib Tukang Jahit Lokal Bagai Buah Simalakama
“Untuk kainnya dipastikan jauh lebih bagus dengan kualitas bahan seragam yang biasa dipakai,” terangnya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan bahwa untuk model seragam roknya plisket dan alatnya hanya ada di Surabaya, itupun hanya ada dua tempat yang punya.
Fauziyah salah satu diantara 10 penjahit lokal yang diwawancarai mengaku kurang paham soal pemberdayaan penjahit lokal tersebut karena dari pihak Disdik tidak pernah mengumumkan secara resmi untuk diberdayakan.
“Yang penting harga sesuai dengan harga penjahit rumahan, tidak perlu saya sampaikan mengenai ongkos jahit rumahan kalau satu stel semuanya sudah tau,” papar Fauziyah. Senin (5/12/2022).
Lebih lanjut Fauziyah menjelaskan, bahwa dirinya sempat baca berita di media soal pernyataan Kabid SD mengenai harga yang akan disesuaikan dengan harga pasar, menurutnya itu kurang tepat.
“Kalau mau disesuaikan dengan harga seragam di pasar kurang tepat, karena seragam yang banyak dijual di Pasar hasil pabrik tentunya harganya lebih murah,” ungkapnya.
Masih kata Fauziyah, sangat tidak masuk akal kalau penjahit lokal mau disamakan dengan harga seragam pasaran karena itu hasil pabrik, apalagi kata dia ini program pemberdayaan penjahit lokal.
“Kalau mau disamakan dengan harga pasar tidak masuk akal mas, jadi apa bedanya, apalagi katanya mau diperdayakan, mau diperdayakan bagaimana kalau harganya murah kayak di pasar, apalagi saya dengar waktu pengerjaan nya sebentar, hanya dua minggu,” keluhnya.
Reporter : Inyoman
Editor : M Hendra E
Publisher : Nurul Anam