JFC 2019 Tribal Grandeur, Antara Dikecam dan Berkahnya Bagi Perekonomian

oleh -428 views
Kenakan minidress rantai emas, penampilan Cinta Laura Kiehl di grand carnival JFC 2019 banjir kecaman para tokoh masyarakat di Jember. (Foto: Guntur Rahmatullah)

JEMBER, Rabu (7/8/2019) suaraindonesia-news.com – Kecaman muncul dari berbagai tokoh masyarakat terhadap penampilan Cinta Laura Kiehl (CLK) pada Grand Carnival Jember Fashion Carnaval (JFC) ke-18 dengan tema Tribal Grandeur.

Penampilan CLK mengenakan minidress ‘rantai emas’ dinilai terlalu vulgar mempertontonkan auratnya dan telah menabrak norma kesusilaan kota Jember yang dikenal kota santri.

Kecaman pertama datang dari Ketua MUI Jember, Prof. Abdul Halim Subahar secara keras mengomentari penampilan artis CLK yang dinilai sangat vulgar mempertontonkan auratnya.

“Jauh-jauh datang ke Jember kok hanya pamer aurat,” kata Gus Halim, Senin (5/8/2019) siang.

Setelah kecaman dari Ketua MUI Jember tersebut, berbagai kecaman juga datang dari berbagai tokoh masyarakat lainnya.

Guna menghindari gejolak semakin membesar, MUI Jember pun mendudukkan para pemangku kepentingan di antara Forkopimda Jember, para tokoh agama, ormas keagamaan dan manajemen JFC di Pendapa Wahyawibawagraha, Selasa (6/9/2019) sore.

Dalam pertemuan tersebut, CEO JFC Suyanto mengakui hal itu adalah keteledoran dan dirinya sebagai penanggung jawab JFC, meminta maaf kepada masyarakat Jember.

“Kami memohon maaf, ini keteledoran panitia dan saya yang bertanggung jawab,” ucap Suyanto.

Selain itu, dia berjanji akan memperbaiki kualitas ke depannya.

Dibalik berbagai kecaman itu, JFC sebagai karnaval fesyen berkelas dunia telah menjadi primadona Jember yang berhasil mengharumkan Indonesia di kancah dunia. JFC merupakan karnaval fesyen peringkat 1 di Asia dan peringkat 3 di dunia.

Karnaval fesyen JFC ini pula, berdampak positif terhadap perekonomian lokal di Jember.

Setiap JFC digelar, okupansi perhotelan menunjukkan peningkatan. Pada JFC ke-18, okupansi hotel di Jember meningkat 100 persen.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) kabupaten Jember Teguh Suprayitno mengatakan selama empat hari gelaran, okupansi hotel dan restoran mengalami peningkatan, begitu juga pusat oleh-oleh yang juga ramai diserbu pengunjung. Adapun peningkatan okupansi hotel mencapai 100% dibandingkan dengan hari biasanya.

Hal ini menjadi bukti bahwa ajang itu membawa berkah buat para pengusaha hotel, restoran dan masyarakat yang ada di Kabupaten Jember Jawa Timur.

“Okupansi meningkat tajam hingga 100% dari hari biasanya. Ini ke depan harus dipertahankan bagaimana caranya agar dapat memperpanjang masa hunian bagi wisatawan yang datang,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (5/8/2019).

Dia berharap pemerintah dapat mendorong diwujudkannya lebih banyak event seperti JFC sehingga masyarakat bisa merasakan dampak dari ajang tersebut.

“Selama ini, Jember kekurangan event, yang terbesar baru JFC. Kami berharap ada JFC lainnya di sini,” kata Teguh.

Tidak hanya bagi sektor bisnis besar, JFC juga menjadi berkah bagi para pemilik usaha kecil.

Supri misalnya, dagangan bakso kelilingnya ludes dalam waktu singkat.

“Alhamdulillah berkat banyak penonton, saya bisa berjualan bakso lebih banyak dari hari biasanya dan selalu habis terjual,” ungkapnya kepada suaraindonesia-news.com, Minggu (4/8/2019) lalu.

Reporter : Guntur Rahmatullah
Editor : Amin
Publisher : Mariska

Tinggalkan Balasan