REMBANG, Jumat (4 Agustus 2017) suaraindonesia-news.com – Menjalankan usaha memang tak selalu berjalan lancar. Namun ada juga sesuatu hal yang harus dihadapi. Baik itu pengalaman manis bahkan yang pahit sekalipun.
Seperti halnya usaha berjualan bendera musiman yang dilakukan oleh Rudi (34) warga Desa Hegarsari, Kecamatan Kadungora, Kabupatan Garut ini.
Pasalnya, pria yang berkeseharian sebagai penjual horden ini mempunyai pengalaman pahit pada tahun 2016 lalu saat berjualan di Pasuruhan, Jawa Timur.
Saat itu, ia berjualan bendera musiman menjelang HUT RI baru kali pertamanya. Dan saat itu pula ia langsung berjualan di wilayah Jawa Timur bersama dua rekannya.
Saat ditemui media ini, ia menceritakan pengalaman pahitnya hingga akhirnya di tahun 2017 ini harus pindah berjualan di wilayah Rembang. Baca Juga: Jabatan Aspers Pangkolinlamil dan Kadiskes Kolinlamil Berpindah Tangan
“Berjualan bendera musiman ini baru kedua kalinya. Sebab pertama pada tahun 2016, saya jualan di Pasuruhan Jawa Timur. Namun di sana saya sering diusir,” ungkapnya kepada suaraindobesia-news.com, Kamis (3/8).
Saat diusir pihaknya mengutarakan bahwa sering berpindah pindah tempat jualan sebanyak tujuh kali. Baik mulai dari Pasuruhan hingga Probolinggo. Alasan pengusiran itu juga beragam alasan.
“Selama di Pasuruan saya diusir oleh Satpol PP maupun Instansi lainnya sebanyak tujuh kali. Baik itu dengan alasan jalan Bupati jangan dibuat jualan, jalan pejabat jangan dibuat jualanlah. Dan akhirnya saya pindah ke Probolinggo Jawa Timur. Ya, itulah pengalaman pertama saya saat berjualan bendera musiman ini,” bebernya.
Setelah diusir selama di Pasuruan hingga Pindah ke Probolinggo pada tahun 2016 lalu, akhirnya selama 20 hari di sana ia bisa mendapatkan keuntungan bersih Rp 3 jutaan.
“Alhamdulillah, setelah pengalaman nyesek itulah saya selama 20 hari di sana bisa mendapatkan untung bersih Rp 3 jutaan,” ucapnya.
Di sisi lain, sesudah mendapatkan pengalaman tersebut, tahun ini pihaknya berjualan bendera di wilayah Rembang tepatnya di jalan Dr. Soetomo.
“Akhirnya saya jualan di sini saja mas. Toh sebelum jualan di sini, kakak saya yang menjadi sales horden juga sudah mensurveykan tempat ini buat saya,” paparnya.
Untuk berjualan di Rembang, ia membawa sekitar 5 kodi bendera berbagai jenis dan ukuran. Baik mulai dari bendera rumahan hingga umbul umbul.
Selama 4 hari di Rembang, saat ini pihaknya sudah menjual sebanyak 40an buah bendera berbagai macam.
“Di sini sudah bisa menjual 40an buah bendera. Baik bendera ukuran kecil hingga besar,” akunya.
Menurut daftar harga yang ada, untuk bendera berkuran 120×70 dijual seharga Rp.30 ribu, umbul-umbul dengan panjang 3 meter dijual dengan harga Rp. 30 ribu, bandir gambar Soekarno seharga Rp 60 ribuan dengan panjang 4 meter, serta Layur pecut (bendera panjang) seharga Rp. 60 ribu dengan panjang 5 meter.
“Kalau menurut saya di sini baik, nyaman dan lainnya. Ya mudah mudahan kedepannya bisa laku banyak,” harapnya.
Rudi (34) penjual bendera musiman membuka lapaknya di jalan Dr. Soetomo Rembang sejak 29 Juli 2017 lalu.(EKo).