BALIKPAPAN, Jum’at, (26/7) suaraindonesia-news.com – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pusat bersama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menggelar Workshop Jurnalistik di Hotel Grand Senyiur Balikpapan, Kamis, (25/7) kemarin.
Kegiatan ini mengusung tema “Tinjauan Tantangan Implementasi Kebijakan FKPM di Kalimantan Timur Terhadap Potensi Pengembangan Daerah”.
Hadir Ketua Umum PWI pusat, Hendry Ch Bangun, Ketua PWI Kaltim, Abdurrahman Amin, Ketua PWI Kota Balikpapan, Debe, Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, Kepala Bidang Usaha Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim, Lasemen, anggota Ditrekrimsus Polda Kaltim Kompol Marhadi, CEO Warta Ekonomi, Muhammad Ikhsan, serta puluhan peserta worskhop dari jurnalis Kota Balikpapan.
Ketua Umum PWI pusat Hendry Ch Bangun menjelaskan bahwa sawit merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari dunia jurnalis. Mengingat industri sawit begitu besar peranannya bagi perekonomian nasional.
Hendry mengungkapkan industri sawit memiliki nilai ekspor lebih kecil jika dibandingkan dengan batu bara. Namun demikian, masyarakat lebih banyak merasakan dampak positif dari kelapa sawit, khususnya masyarakat di pedesaan.
Sejak PWI pusat dan GAPKI menjalin kerja sama pada 2018 lalu, Hendry mengatakan, kecenderungan berita negatif tentang kalapa sawit berkisar 70 persen, sedangkan berita positif hanya 30 persen.
Baca Juga: Gepak Kuning dan Masyarakat Nyatakan Sikap, Menolak Bagus Susetyo Jika Maju di Pilkada Balikpapan
Karena pada saat itu, Hendry menyebut, terdapat beberapa LSM Internasional yang sering kali melakukan kampanye negatif terkait industri sawit dengan alasan berdampak buruk terhadap lingkungan.
“Namun setelah kita sadari belakangan ini, ternyata kampanye negatif itu motifnya juga persaingan ekonomi. Karena kelapa sawit ini jika dibandingkan dengan produk yang mereka miliki seperti minyak bunga matahari dan minyak kedelai kualitasnya kalah dengan produk minyak kelapi sawit. Mereka kalah bersaing, lalu muncul isu-isu negatif dari mereka yang memojokkan dengan berbagai topik yang tidak kita ketahui sebelumnya,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini Hendry mengajak jurnalis untuk membuka wawasan terhadap industri sawit, karena hal tersebut tidak lepas dari isu internasional.
“Kita harus pandai melihat dengan jelas, bahwa industri sawit ini tidak lepas dari isu internasional. Kita harus memiliki wawasan ketika ada pemberitaan tentang kelapa sawit,” ucapnya.
Terlebih, kata Hendry, saat ini dalam persaingan global, sehingga banyak negara luar yang terkapar. Sementara Indonesia dengan ekspor minyak kelapa sawit justru mendapatkan capaian yang luar biasa.
“Jika kita tidak memahami isu kelapa sawit dalam perspektif nasional, maka kita akan terbawa. Kita harus bisa melihat dengan jelas bahwa persoalan kelapa sawit adalah persoalan harga diri dan hajat hidup bangsa Indonesia,” terangnya.
Ketua PWI Kaltim Abdurrahman Amin mengatakan bahwa Kaltim merupakan daerah yang cukup strategis jika membahas tentang isu industri kelapa sawit.
Menurutnya, kelapa sawit merupakan salah satu sektor yang banyak menyokong Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kaltim selain batu bara.
“Kegiatan seperti ini memang harus di masifkan untuk meningkatkan kompetensi wartawan terhadap isu industri kelapa sawit di Kaltim,” ujar Andurrahman.
Dijelaskan, bahwa industri sawit tidak hanya tentang padat modal, tetapi juga padat karya. Dalam artian, industri ini membawa dampak positif terhadap keseimbangan ekonomi di masyarakat.
“Sudah sewajarnya jurnalis bisa menempatkan industri sawit ini menjadi isu yang tidak kalah seksinya dengan isu politik dan isu kriminal.
Ia mengakui, selama ini jurnalis lokal di Kaltim khusunya di Kota Samarinda dan Balikpapan terkait isu sawit belum tergarap secara maksimal.
“Mudah-mudahan pada kegiatan ini dengan menghadirkan narasumber yang berkompeten bisa membuka cakrawala semua jurnalis agar kedepannya bisa menempatkan isu sawit secara proporsional dan profesional,” harapnya.
Reporter: Fauzi
Editor: Amin
Publisher: Eka Putri