DENPASAR BALI, Jumat (16/03/2018) suaraindonesia-news.com – Sebagai daerah dengan populasi umat Hindu terbesar di Indonesia, Bali memiliki banyak tradisi keagamaan yang masih sering dilakukan oleh masyarakatnya. Salah satunya adalah Hari Raya Nyepi, yang merupakan Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender saka saat nyepi. Seperti yang dilakukan Kecaatan Denpasar Barat, kabupaten Denpasar, Provinsi Bali. Jumat (16/03).
Masyarakat Bali tidak akan melakukan aktivitas apapun, begitu juga dengan tempat wisata atau pelayanan umum semuanya ditutup, kecuali rumah sakit.
Sebelum umat Hindu di Bali merayakan Nyepi, mereka memiliki beberapa tradisi yang biasa dilakukan.
Berikut adalah tradisi atau upacara yang dilakukan sebelum memperingati Hari Raya Nyepi, Ogoh-ogoh sebelum Hari Raya Nyepi, masyarakat Bali akan melakukan pawai Ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh biasanya dibuat jauh hari sebelum Nyepi. Ogoh-ogoh, adalah sebuah patung raksasa simbol dari Bhuta Kala yang biasa digambarkan sebagai wujud kejahatan dan menyeramkan.
Inyoman Sudiantara menjelasakan bahwa pawai ogoh-memang sudah menjadi tradisi mulai dulu sebelum nyepi, karena pawai ogoh-ogoh memiliki makna dalam nyepi, yaitu, bahwa ogoh-ogoh yang di arak sekarang merupakan gambaran sosok orang jahat.
“Ogoh-ogoh juga memiliki tujuan yaitu untuk mengusir roh jahat agar nanti ketika nyepi tidak di ganggu sama roh jahat,” jelasnya.
Baca Juga: Banjir Lumpur, Sungai Kampunganyar Banyuwangi Diambang Kewaspadaan
Di akhir parade, ada masyarakat yang membakar ogoh-ogoh untuk mengusir roh jahat agar tidak lagi mengganggu persiapan untuk perayaan Nyepi di keesokan harinya.
“Puncak perayaan Nyepi, setelah melakukan upacara melasti dan pawai ogoh-ogoh, pada keesokan harinya, masyarakat Bali akan merayakan Nyepi,” tuturnya.
Menurutnya, saat Nyepi, seluruh tempat di Bali ditutup. Tidak boleh ada yang melakukan aktivitas apapun di luar rumah.
“Itulah mengapa saat Hari Raya Nyepi, di Bali jalanan bahkan tempat wisata yang biasanya ramai pengunjung akan terlihat sepi,” sambung Inyoman.
Hal ini kata Inyoman, karena umat Hindu di Bali melakukan Catur Brata Penyepian. Aksi tersebut terdiri dari amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak melakukan pekerjaan), amati lelanguan (menghentikan kesenangan), amati lelungaan (tidak berpergian).
Dijelaskan Inyoman, Ngembak Geni sehari setelah Hari Raya Nyepi, masyarakat Bali akan melakukan upacara Ngembak Geni dengan bersembahyang di pura.
“Dalam Ngembak Geni, masyarakat diperbolehkan untuk melakukan aktivitas seperti biasa. Setelah selesai, mereka akan melakukan dharma shanti, yakni ketika orang-orang saling meminta maaf dan memaafkan satu sama lain.” Tukasnya.
Reporter : Sudirman
Editor : Amin
Publisher : Imam