Raja Ampat memiliki 179 kampung,24 distrik dan dikelilingi 1620 pulau yang mana sangat rawan dengan bencana, pasalnya bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik faktor alam maupun non alam serta faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Bencana yang ada di Kabupaten Raja Ampat dapat dikategorikan menjadi 3 bagian antara lain, bencana alam, berupa gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Bencana non alam berupa bencana yang diakibatkan oleh kegagalan teknologi, gagal modernisasi, epidemic dan wabah penyakit, sedangkan bencana social berupa konflik social antara kelompok atau antara komunitas masyarakat yang diteror, tutur Alfaris Mambraku,SE,M.Ec.Dev kepala badan penenggulangan bencana daerah (BPBD) saat ditemui Suara Indonesia di kantornya. Rabu (15/7/2015).
Dijelaskan Alfaris Mambraku, saat ini pemda Raja Ampat melalui BPBD Raja Ampat telah mengambil langkah-langkah dalam rangka penanggulangan bencana melali beberapa tahapan yaitu, tahap prabencana, penguatan kapasitas masyarakat, pemerintah dan lembaga-lembaga nasional maupun internasional dalam menghadapi bencana, dan langkah selanjutnya tahap saat tanggap darurat, berupa tindakan evakuasi dan penyelamatan korban dan harta benda maupun infrastruktur pada saat terjadinya bencana dan yang terakhir tahap pasca bencana, yaitu melakukan rehabilitasi dan rekontruksi atas kerusakan dan kerugian akibat bencana.
Sementara rencananya launching atau peresmian dua kampung yembekwan dan yenbuba sebagai kampung tangguh dilaksanakan, jumat (24/7/15) di distrik Meos Mansar Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. (Zainal).