Menkes Prihatin, 371.599 Warga Jatim Alami Kebutaan

oleh -200 views
Menkes Nila Farid Moeloek. (Foto: Adi Wiyono/SI)

KOTA BATU, JUMAT (29 September 2017) suaraindonesia-news.com – Kementrian Kesehatan RI menyebut sebanyak 371.599 warga Jawa Timur mengalami kebutaan mulai terhitung sejak tahun 2014 hi8ngga 2016. atau 4,4 persen tingkat angka kebutaan di Jawa Timur menduduki raking pertama di Indonesia.

Menkes Nila Farid Moeloek saat ditemui di sela-sela acara pekan ilmiah tahunan 2017 ke 42 Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) yang diselenggarakan di Singhasari resort kota Batu, Jumat (29/9) mengatakan tingginya angka kebutaan di Jatim itu karena dipengarui oleh usia manusianya sendiri dan faktor alam.

Baca Juga: Kejari Bogor Tahan Tersangka OTT, Kades Hambalang di Rutan Paledang

“Tingginya Jumlah penderita kebutaan di Jawa Timur yang menduduki peringat pertama di Indonesia, itu kami secara persis kami tidak tahu penyebabnya, tetapi secara global karena faktor usia dan terkena langsung ultra violet sinar matahari,” kata Nina.

Menurutnya untuk meminimalisir terjadinya penderita kebutaan terutama nelayan disaat melakukan aktifitasnya pada siang hari lebih baik menggunakan topi atau penutup mata agar tidak terkena ultra violet sinar matahari langsung.

“karena sebagai negara tropis, ancaman kebutaan relatif tinggi. di Indonesia angka kebutaan tertinggi akibat katarak yakni sebanyak 3 persen dari jumlah penduduk 265 juta jiwa,” jelasnya.

Lanjut dia, Selain Jawa Timur, kasus katarak tertinggi di angka 4% juga terjadi di NTB DKI Jakarta 1,9%, Jawa Barat 2,3%, Sulawesi Selatan 2,6%.

“Harusnya bisa dikatakan bebas katarak, itu berada dibawah angka 0,5 %, sementara Indonesia berada diangka 3 %. hal ini membuat masyarakat tak produktif karena mereka bisa disebut distabilitas,” jelasnya.

Dengan tingginya angka kebutaan di Jatim, kata dia, Pemerintah daerah harus bisa untuk mengatasi permasalahan tersebut, setidaknya para akademisi dan dokter mata juga harus ikut andil dan bisa menjawab permasalahan tersebut, bisa meminimalisir angka kebutaan dengan memberikan sosialisasi pada masyarakat. (Adi Wiyono)

Tinggalkan Balasan