Menjunjung Tinggi Etika dalam Berpolitik, Sehingga Tidak Kebablasan - Suara Indonesia
Example floating
Example floating
OpiniPolitikRegional

Menjunjung Tinggi Etika dalam Berpolitik, Sehingga Tidak Kebablasan

×

Menjunjung Tinggi Etika dalam Berpolitik, Sehingga Tidak Kebablasan

Sebarkan artikel ini
dfg 2
Ilustrasi

Oleh : Dhafir Munawar Sadat
Alumni Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep

Rentetan pesta demokrasi di Indonesia sudah dimulai berawal dari tanggal 4-10 agustus 2018 merupakan sejarah yang tidak bisa dilupakan oleh capres cawapres Indonesia, dalam hal ini Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan Jokowi-Ma’ruf Amien dan partai koalisi pendukungnya.

Beberapa intrik-manuver sudah mulai dijalankan, kawan jadi lawan, dan sebaliknya lawan jadi kawan, manuver politik tokoh-tokoh politik penuh nuansa kebablasan, artinya etika ketimuran yang seharusnya dipegang teguh erat-erat dijunjung tinggi-tinggi dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dalam pergaulan social baik ditingkat bawah maupun tingkat elite.

Untuk mencerminkan dimata dunia kalau Indonesia negara santun, warganya maupun birokrasinya, sehingga ini menjadi daya tarik dimata asing, santun dalam bericara, sopan dalam bergaul, saling menjaga perasaan sehingga terjalin hubungan yang harmonis yang diatas memberikan contoh atau uswah yang patut, sehingga menular ke yang lainnya, yang dibawahpun jadi sungkan untuk membuat hoax yang menyesatkan.

Baca Juga :  Sidang Kedua Ditunda, Penggugat KSP3 Nias Kecewa

Bagaimanapun etika tetap dikedapankan sehingga sesama elite ada semacam energi positif baik dirinya maupun sekelilingnya, nah inilah yang sebenarnya kita harapkan dari mereka itu, karna berawal dari ini timbul hati yang lumayan bersih belum sampai ketingkatan lebih tinggi, artinya kalau pelakon politik dari awal sudah melupakan etika ketimuran jangan salahkan KPK, kalau nanti bagi-bagi gratis warna “ORANYE” kemereka yang dulu koar,koar, jangan salahkan kejaksaan, kepolisian dan masyarakat kelau jadi bulan-bulanan pemBulyan dalam dunia maya.

Istilah yang muda menghormati yang tua, yang tua menyayangi yang muda walau dalam kencah perpolitikan tetap mengedepankan etika, adab saling menghormati, saling menghargai, wajar apabila ada salah satu elite negara ini tersinggung ketika dipermainkan oleh seseorang yang terpaut jauh umur maupun keilmuannya, untungnya beliau ini masih memiliki hati dan nurani yang bisa dipertanggung jawabkan pola-pola pemikiran dan kerja-kerjanya.

Baca Juga :  Arinna Premium Hijab Kembangkan Inovasi Bisnisnya dengan Fashion Show Bersama Irish Bella

Dalam bahasa Madura ada istilah kenak, “Balak”, atau kualat dalam bahasa Indonesia itu betul-betul ada, berapa banyak orang yang kenak kualat karena mengindahkan etika dalam kehidupan sehari-hari, seorang negarawan, politikus, dan para pelakon lain sebagainya harus betul-betul mengedepankan etika dalam berpolitik, baik dalambernegara, berbangsa, dan bermasyarakat hatta dalam skala kecilpun, untuk kedamaian bersama, kerukunan bersama, dinamika nya sejuk tidak menghalalkan segalacara hanya untuk kepentingan sesaat.

Yang lalu biarlah berlalu, mari kita ukir masa depan yang penuh gemilang. Dan akhirnya pemilu di Indonesia penuh dengan salam, damai saling tenggang rasa, yang tua menyayangi yang muda yang muda menghormati yang tua.

*Gajah Mati Meninggalkan Gading
Harimau Mati Meninggalkan Belang

Kraksaan, 03 September 2018