ACEH TIMUR, Sabtu (10/05) suaraindonesia-news.com – Sejak minggu lalu tanggal 1 mei, pihak PU Pengairan telah membuka air irigasi bendungan DI Jambo Aye, sesuai kesepakatan bersama penetapan jadwal buka tutup air irigasi untuk masa turun sawah.
Meski telah berjalan selama 10 hari dari jadwal buka air, petani di beberapa Gampong di Kecamatan Madat, Kabupaten Aceh Timur mengalami kesulitan dalam membajak sawah, karena tidak ada Alat Mesin Pertanian(Alsintan) seperti Traktor dan Hand Tractor.
Kepada media ini kamis (8/5), Keuchik Gampong/Desa Blang Andam Fakhrurrazi, didampingi Ketua Kontak Tani Nelayan(KTNA) Kecamatan Madat, mengungkapkan keluhan dan kendala yang dihadapi petani di desanya tidak ada mesin bajak sawah
Menurut Keuchik Fakron sapaan akrab Fakhrurrazi, Desa Blang Andam terdapat 4 kelompok tani dengan luas areal baku sawah lebih 100 hektar, sementara untuk menggarap sawah membutuhan minimal 1 traktor 4D serta 3 unit hand Tractor jenis rotary.
“Selama ini cuma bertumpu pada 1 unit hand traktor milik salah satu kelompok tani untuk membajak sawah, itu pun dalam kondisi tidak sehat, karena sudah beroperasi sejak tahun 2015,” ujar Keuchik Fakron.
Keuchik Fakron juga menandaskan, disatu sisi Pemerintah mengharapkan masa turun sawah tepat waktu, sesuai jadwal yang telah ditentukan, sementara sisi lain nya petani mengalami kesulitan, bukan hanya soal krisis pupuk, akan tetapi yang sangat fatal tidak ada alat tractor termasuk mesin combine (pemotong padi) pada saat memasuki musim panen.
“Kita tidak bisa mendesak petani untuk disiplin, karena terkendala di sarana, petani sudah mencoba untuk menyewa di Desa lain, bahkan keluar daerah, akan tetapi mereka sedang digunakan untuk kepetluan daerah sendiri,” tandas Keuchik Fakron.
Hal senada juga disampaikan Rustam Ketua KTNA Kecamatan Madat, bahwa kendala serupa bukan hanya di alami petani desa Blang Andam, akan tetapi secara umum petani di Kecamatan Madat mendapatkan kesulitan soal minim nya alsintan.
“Rata rata petani di Kecamatan Madat mendapatkan kesulitan karena kekurangan Alsintan seperti Desa Bintah dengan luas areal sawah capai 240 ha,” kata Rustam.
Ia juga mengharapkan perhatian pemerintah khususnys Kementrian Pertanian untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh petani, hal itu sangat penting untuk melakukan optimalisasi pertanian dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan atau swasembada beras.
“Seharusnya petani di Madat bisa turun sawah setahun 2 atau 3 kali karena tersedianya sumber daya irigasi, akan tetapi untuk turun sawah 3 kali dalam 2 tahun belum mampu dilaksanakan, disebabkan terkendala di sarana dan prasarana,” pungkas Rustam.