LUMAJANG, Jumat (20/3/2020) suaraindonesia-news.com – Mengurangi aktivitas bermain gadget adalah langkah pasti untuk menjaga pertumbuhan anak sesuai dengan usianya. Ketika anak kehilangan masa-masa emas pertumbuhannya, maka bisa dipastikan hal ini akan mengganggu tumbuh kembang anak secara signifikan saat dia dewasa.
Sejumlah ahli mengatakan, kenapa penggunaan gadget bisa menyebabkan anak menjadi malas?
Ada beberapa aasan kenapa penggunaan gadget menyebabkan anak malas, karena yang pertama gadget membuat anak malas bergerak.
Kenapa begitu? Karena gadget membuat anak hanya terpaku di satu tempat saja dan bisa membuatnya bertahan sampai berjam-jam. Dalam kondisi terlalu berkonsentrasi dengan gadget, membuat anak ogah untuk bergerak, ngobrol dengan orangtua, bahkan sampai enggan untuk sekadar mengambil minum.
“Iya seperti itulah, kadang anak diajak bicara saja malah tidak menggubris orang tuanya, karena asyik main gadgetnya,” ungkap Afu, salah satu wali murid.
Selain itu, yang kedua bahwa gadget itu membuat anak terbuai dengan kenikmatan dalam bermain gadget. Jadi saking keasyikannya anak bisa sampai lupa waktu dan lupa segalanya hanya karena gadget. Kalau sudah kecanduan seperti ini secara tidak langsung membuat anak melupakan hal-hal lainnya dan menganggap gadget sebagai sumber kenikmatan dan membuatnya nyaman. Kebiasaan ini bisa membuat anak menganggap gadget adalah jawaban untuk hal-hal tidak menyenangkan, sehingga anak menjadi malas untuk mengeksplorasi aktivitas lain.
“Kalau dirumah, usai pulang sekolah, anak saya itu langsung ganti baju dan pegang HP, bukan makan siang atau aktivitas lainnya,” tambahnya.
Yang ketiga sangat jelas kalau gadget itu mengurangi aktivitas “real” anak. Sejatinya, anak-anak harus lebih banyak menghabiskan waktu bermain secara real dalam arti tidak berkutat dengan digital, sehingga kehilangan momen-momen real-nya. Ketika anak kehilangan momen-momen real-nya membuat anak tidak terbiasa dengan aktivitas di luar gadget. Bila terlalu sering mengalami hal ini bisa-bisa membuat anak akan gagap berinteraksi secara langsung dan malas bertemu orang. Justru ini sangat berbahaya bagi perkembangan sosial dan psikologis anak.
“Memang kalau sudah pegang gadget, si anak males disuruh-suruh. Enggan bermain dengan temannya,” bebernya.
Keempat adalah paparan dari layar gadget yang membuat mata lelah. Penjelasan lain kenapa anak main gadget tidak disarankan untuk dilakukan secara intens adalah karena paparan layar gadget bisa membuat mata lelah dan ketika mata lelah, maka anak menjadi malas untuk beraktivitas yang lain. Setelah main gadget bawaannya, anak akan mengantuk ataupun lepas dari gadget langsung tidur sehingga tidak ada aktivitas lain.
“Acara tidur siang, seperti anjuran dan nasehat orang tua tidak dilaksanakan. Padahal mengistirahatkan mata setelah sehari belajar di sekolah kan sangat dibutuhkan,” ucapnya.
Kelima adalah membuat mood belajar yang menurun. Satu hal lain yang membuat penggunaan gadget harus dibatasi kepada anak-anak, adalah karena kecanduan gadget bisa membuat mood belajar menjadi turun. Bagaimana tidak, ketika anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama layar gadget, pasti maunya itu terus sehingga kehilangan minat untuk melakukan hal-hal bermanfaat lainnya termasuk belajar sesungguhnya.
“Membayar biaya les tambahan yang mahal telah dilakukan orang tua sesuai permintaan si anak, namun jarang berangkat padahal jaraknya dekat,” kata pria yang juga aktif di LSM ini.
Sementara itu, DPD LSM LIRA Kabupaten Lumajang menyoroti fenomena seperti ini terjadi di lembaga pendidikan Kabupaten Lumajang.
“Nanti kami akan pantau, perkembangan di sejumlah lembaga pendidikan, mulai SD sampai SMP,” ujar Bupati DPD LIRA Kabupaten Lumajang, Angga Dhatu Nagara kepada media ini.
Memang pihaknya, sudah menerima sejumlah keluhan wali murid atas pembelajaran yang menggunakan metode dengan smartphone ini.
“Kalau dirumah kan bisa memakai smartphone milik orang tua, tidak harus siswa itu memiliki HP sendiri, dan kalau di sekolah tetap guru yang menerangkan, bukan malah siswa disuruh bukan google, guru jadi malas juga nantinya,” katanya lagi.
Jika ditemukan ada semacam pemaksaan atau mewajibkan siswa harus memiliki smartphone, kata Angga, DPD LIRA Kabupaten Lumajang akan memberikan somasi terhadap Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang.
Reporter : Fuad
Editor : Amin
Publiser : Ela












