Sumenep, suaraindonesia-news.com – Tidak hanya empu zaman dulu seperti zamannya empu gandring atau empu kelleng yang mampu mencipta keris pusaka, di era yang sudah serba moderen, masih banyak para empu yang mampu membuat keris pusaka, bahkan kwalitas yang di hasilkan tak kalah bagusnya dengan keris pusaka buatan para empu zaman dulu, bahkan keris buatan empu asal kabupaten Sumenep saat ini, sangat di minati para kolektor keris tingkat asia bahkan dunia.
Para empu di kabupaten sumenep, di kenal sangat piawai dalam mengeksplorasi berbagai model keris dari zaman ke zaman, sehingga pecinta keris pusaka atau kolektor keris, lebih suka memesan keris dari kabupaten Sumenep.
Pengrajin keris di kabupaten Sumenep, tercatat sebanyak 554 pengrajin keris atau empu, bisa di bilang terbanyak se dunia, karena di daerah lain keberadaan empu keris sudah tidak ada. mereka tersebar di tiga kecamatan, yakni kecamatan Bluto (300 orang), Saronggi (204 orang), dan kecamatan Lenteng (50 orang), bahkan masyarakat Sumenep sudah menganggap pekerjaan membuat keris sebagai pekerjaan sehari hari yang mampu mendongkrak ekonomi masyarakat.
Keris Pusaka hasil kreasi empu Sumenep, di jual secara variatif di pasaran, untuk ukurang menengah ke kebawah di jual dengan harga Rp. 200 – 1 juta perbiji, untuk ukuran ekonomi mengah ke atas, di bandrol Rp. 1,5 juta keatas.
Sementara untuk keris istimewa, para empu Sumenep menjual keris pusakanya Rp.45 juta perbiji, keris tersebut terbuat dari besi tua atau besi baja dengan pamor emas.
Pusaka istimewa yang biasa di jual dengan harga tinggi , bentuknya mirip keris pusaka milik raja zaman mataram kuno (zamannya empu sendok), keris istimewa tersebut di buat pertama kali oleh perajin keris asal Desa Aeng Tongtong, kecamatan Bluto, kabupaten Sumenep pada tahun 1963, dengan nama Nomnoman yang semua pamornya terbuat dari emas murni.
Empat maestro keris, yang mampu membuat keris istimewa dengan harga yang cukup tinggi bernama, empu Murkak (90), Mukaddam (85), Empu Sumu (95 Alm.) dan empu Sammat (97 Alm.), mereka berasal dari Desa Aeng Tongtong kecamatan Bluto Sumenep, dan empat orang tersebut merupakan cikal bakal lahirnya para empu yang ada saat ini dan mereka di anggap sebagai penyambung generasi ke empuan yang sudah terputus sejak ratusan tahun silam
554 empu keris di Sumenep, berada di tiga kecamatan, tersebar di sepuluh desa, di kecamatan Bluto tercatat 300 orang pengrajin keris yang tersebar di enam desa, Desa Palongan (150 orang), Aeng Baje (40 orang) Kandangan (35 orang) Gingging (25 orang), Sera Timur (30 orang), Karang Campaka (20 orang).
Di kecamatan Saronggi, ada 204 pengrajin yang tersebar di tiga desa, yakni Desa Aeng Tongtong (150 orang), Talang (29 orang), Juluk (25 orang), sementara di kecamatan Lenteng ada 50 orang pande besi yang tersebar di tiga desa, yakni Desa Lenteng Barat (40 orang), Lembung Barat (7 orang), Lembung Timur (3 orang).
Dari 554 empu keris, mampu mengekspolrasi 450 bentuk dan nama keris dari zaman ke zaman. Sehingga keris buatan empu Sumenep terus di minati oleh kolektor keris dari berbagai belahan dunia.
Fathor Rahman (40) ketua Ikatan Pengrajin Keris Indonesi (IPKI) asal Desa Palongan, kecamatan Bluto, Sumenep, mengaku bangga dengan banyaknya empu keris yang mampu ekspolarasi jenis keris dari zaman ke zaman, karena jenis keris sebagai perlambang kejayaan sebuah kerajaan tempo dulu, tidak hanya itu lewat seni yang ada dalam sebilah keris, bisa menunjukkan seni budaya pada waktu dulu.
“ Sebagai ketua IPKI, kami sangat bangga dengan kreasi empu keris yang ada di Sumenep, karena berkat ketelatenan tangan mereka, nama kabupaten Sumenep bisa terkenal lewat keris,” paparnya.
Sementara Mansyur Hidayat (40), pemerhati keris Megaremeng asal kota Surabaya, sangat antosias denan banyaknya empu keris di Sumenep, karena banyaknya para empu akan menunjang terhadap pelestarian cagar budaya terutama keris yang dulunya menjadi kebanggaan kaum bangsawan.
“ kami sangat bangga bila masyarakat sumenep terus melesterikan cagar budaya berupa keris, karena pada zaman dulu ada seorang empu yang sangat terkenal bernama empu kelleng dari desa Kandangan, sangat wajar bila masyarakat sumenep sangat pintar membuat keris,” pujinya.
Mansyur juga menginginkan empu keris Sumenep bisa masuk rekor muri, selain empunya terbanyak se dunia juga hasil kreasinya sangat bagus, “ kami menginginkan empuk keris Sumenep bisa masuk rekor muri, karena jumlahnya sangat banyak bahkan terbanyak di dunia,” paparnya pada wartawan usai menumui kepala Disbudparpora Sumenep, Rabu (24/04).
Secara terpisah Bambang Irianto, kepala Disbudparpora Sumenep, sangat setuju dengan ke inginan pemerhati keris dan IPKI untuk memasukkan pengrajin keris Sumenep ke rekor Muri, dirinnya berjanji akan membantu segala adminitrasi yang di butuhkan untuk memasukkan para empu keris pada rekor muri.
“ kami sangat bangga dengan para empu keris yang ada di Sumenep, dan akan membantu segala bentuk adminitrasi untuk keperluan mereka dalam rangka memasukkan nama empu keris Sumenep ke rekor muri,” katanya.
Bambang juga menjelaskan, para empu keris yang tiga kecamatan, sudah mendapat penghargaan dari Dirjen Kementerian yang di serahkan langsung pada pengrajin keris yang ada di kabupaten Sumenep beberapa waktu lalu.
“ para empu keris di Sumenep, sudah pernah mendapat penghargaan dari Dirjen Kementerian, dan pak Dirjen menyerahkan langsung terhadap para empu keris Sumenep,” pungkasnya.
Daftar Empu Keris Di Sumenep
Kecamatan Bluto tercatat 300 pengrajin keris yang tersebar di enam desa:
– Desa Palongan (150 orang)
– Desa Aeng Baje (40 orang)
– Desa Kandangan (35 orang)
– Desa Gingging (25 orang)
– Desa Sera Timur (30 orang)
– Desa Karang Campaka (20 orang)
Kecamatan Saronggi 204 pengrajin keris yang tersebar di tiga desa:
– Desa Aeng Tong Tong (150 orang)
– Desa Talang (29 orang)
– Desa Juluk (25 orang)
Kecamatan Lenteng 50 orang pande besi yang tersebar di tiga desa:
– Desa Lenteng Barat (40 orang)
– Desa Lembung Barat (7 orang)
– Desa Lembung Timur (3 orang)
Data Empu Keris Yang Ada Luar Sumenep tercatat 18 orang yang tersebar di Kabupaten : Yogyakarta (6 orang), Solo (8 orang), Malang (4 orang berasal dari Madura)
Reporter : Samak