BOGOR, Minggu (28/12) suaraindonesia-news.com – Perumda Air Minum Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor mengajak masyarakat untuk memaknai musim hujan tidak semata sebagai fenomena cuaca, melainkan sebagai pengingat bahwa air sebagai sumber kehidupan memiliki dinamika yang tidak selalu dapat dikendalikan.
Dalam konteks tersebut, edukasi pelanggan menjadi salah satu strategi penting Perumda Air Minum Tirta Kahuripan, bukan hanya untuk menjaga kelancaran distribusi air, tetapi juga untuk membangun budaya sadar air (water consciousness) yang berkelanjutan di tengah tantangan perubahan iklim dan meningkatnya kerentanan lingkungan.
Direktur Umum Perumda Air Minum Tirta Kahuripan, Abdul Somad, menegaskan bahwa peningkatan kesadaran masyarakat terhadap air merupakan fondasi utama dalam menjaga ketahanan sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Bogor.
“Di tengah cuaca ekstrem, kualitas air baku sangat ditentukan oleh perilaku kolektif kita. Air adalah cermin dari lingkungan kita. Ketika ekosistem sungai tidak dijaga, kualitas air baku ikut menurun. Sebaliknya, ketika masyarakat bijak menggunakan air, beban sistem pengolahan dan pendistribusian air bersih pun berkurang,” ujarnya.
Menurutnya, edukasi pelanggan Perumda Air Minum Tirta Kahuripan kepada masyarakat Kabupaten Bogor bukan sekadar anjuran teknis, melainkan sebuah gerakan kesadaran bersama untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air.
Perumda Air Minum Tirta Kahuripan menekankan bahwa kebiasaan menampung air tidak hanya bersifat praktis, tetapi juga merupakan bagian dari kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi ketidakpastian musim hujan.
Hujan lebat kerap menyebabkan sungai membawa sedimentasi tinggi yang dapat menghambat proses produksi air bersih di instalasi pengolahan air. Oleh karena itu, memiliki cadangan air bersih di rumah, seperti toren atau bak penampungan yang dikelola secara higienis, menjadi langkah perlindungan bagi keluarga.
Pada musim penghujan, ironi kerap terjadi. Meski air melimpah di permukaan, kualitas air baku justru menurun akibat longsor, lumpur, dan sedimentasi. Kondisi tersebut menjadikan penghematan air sebagai bentuk “etika publik” yang mencerminkan kedewasaan masyarakat dalam mengelola sumber daya air yang semakin terbatas.
Pipa distribusi air bersih merupakan aset publik yang menopang kebutuhan ratusan ribu rumah tangga. Kebocoran sekecil apa pun berarti kehilangan bersama. Oleh sebab itu, kesadaran masyarakat untuk melaporkan kebocoran menjadi kunci dalam menekan kehilangan air (non-revenue water) serta mencegah kerugian yang berdampak luas.
Pada musim hujan, air mengikuti hukum alam. Curah hujan tinggi dapat meningkatkan kekeruhan sungai akibat sedimen dan material padat dari longsoran. Selain itu, perubahan tekanan dalam pipa distribusi dapat memicu terangkatnya endapan di dalam jaringan pipa.
Kekeruhan akibat faktor alam umumnya bersifat sementara dan dapat diatasi melalui peningkatan proses koagulasi, filtrasi, serta pembersihan filter di instalasi pengolahan air. Sementara itu, kekeruhan akibat faktor teknis jaringan biasanya terjadi setelah perbaikan pipa atau perubahan tekanan dan bersifat lokal, serta membaik setelah aliran air dibuang beberapa saat.
“Partisipasi publik dalam melaporkan kebocoran bukan hanya respons terhadap gangguan layanan, tetapi kontribusi nyata dalam menjaga aset bersama. Praktik ini merupakan bentuk tanggung jawab pribadi terhadap keberlangsungan kualitas air yang digunakan sehari-hari,” tutup Abdul Somad.
Sehubungan dengan libur Natal dan Tahun Baru, Perumda Air Minum Tirta Kahuripan menyampaikan beberapa ketentuan layanan, antara lain:
- Seluruh loket Kantor Cabang Pelayanan tutup pada 25–26 Desember 2025 dan 1 Januari 2026.
- Pelayanan kantor cabang tetap beroperasi pada 29–31 Desember 2025 dan kembali dibuka pada 2 Januari 2026.
- Pembayaran tagihan air secara daring melalui Aplikasi MyKahuripan dan kanal PPOB ditutup pada 29 Desember 2025 pukul 16.00 WIB dan dapat digunakan kembali pada 1 Januari 2026 pukul 08.00 WIB.












