Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Pendidikan

DPW PPNI NTT Diterima Secara Adat di Malaka

Avatar of admin
×

DPW PPNI NTT Diterima Secara Adat di Malaka

Sebarkan artikel ini
26fbe293 2861 4c23 861f d17d33d456c5
Tarian tradisional bidu asal Kabupaten Malaka Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dipertunjukkan para murid SDI Atokama saat menyambut Ketua DPW PPNI Propinsi NTT Amelianus Mau bersama rombongan dalam menghadiri kegiatan seminar dan workshop keperawatan di Betun, ibukota Kabupaten Malaka, Sabtu (10/06/2017).

Laporan: Cyriakus Kiik

BETUN, Sabtu (10/06/2017), suaraindonesia-news.com – Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Amelianus Mau bersama jajarannya diterima secara adat di Betun, ibukota Kabupaten Malaka, Sabtu (10/06/2017).

Kedatangan Amelianus dan jajarannya di Betun untuk menghadiri Seminar dan Workshop Keperawatan yang diselenggarakan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PPNI Malaka di Aula Serba Guna Garuda, Betun, Sabtu (10/6).

Saat memasuki aula, Amelianus dan rombongan propinsi diterima secara adat berupa tarian bidu, salah satu tarian tradisional daerah setempat. Tarian ini dipertunjukkan 18 murid SDI Atokama di bawah asuhan Alberta Luruk Bria dan Yuliana Klau.

Sebagaimana tamu pada umumnya, Amelianus dan rombongannya disapa Katarina Fernanda Hoar Bria, salah satu siswi, dalam budaya tutur adat setempat.

Baca Juga :  Disdukcapil Malaka Hentikan Pelayanan KTP-e, Ini Alasannya

Dengan langkah dan gerak tubuh gemulai, para gadis cilik itu menuntun Amelianus dan rombongannya ke dalam ruangan.

Sambil lenggak-lenggok sejauh 50 meter, dua siswi membawa tempat sirih-pinang di tangan. Di depan meja pimpinan, dua siswi ini terus menari. Mereka ditemani masing-masing satu siswa meletakan tempat sirih-pinang di atas meja tetamu, termasuk meja yang terletak di hadapan Amelianus.

Sebelum membuka tempat sirih-pinang itu, Katarina Fernanda Hoar Bria, kembali menyampaikan tegur-sapanya kepada para tamu dalam budaya-tutur adat setempat.

Alberta Luruk Bria, ibu guru yang mengasuh dan mendampingi para muridnya pada kesempatan itu, menjelaskan,  ada dua tahap sapaan. Pertama berlangsung di depan aula. Kedua berlangsung di dalam ruangan.

Saat di depan aula, para tamu ditegur seperti tamu pada umumnya yang mendatangi keluarganya. Dalam bahasa Indonesia identik dengan ucapan selamat pagi, siang, sore atau malam.

Baca Juga :  Sistem Zonasi Berdampak Pada Bidang Input Data Siswa

Sedangkan di dalam ruangan, para tamu disuguhkan sirih-pinang. Dalam tegur-sapanya, Katarina Fernanda Hoar Bria ibarat tuan rumah yang mengingatkan tamunya untuk membersihkan sirih-pinang yang ada di dalam tempat sirih-pinang sebelum dimakan. Sebab, sirih-pinang itu dipetik pada malam hari.

“Jangan sampai masih ada kotoran yang melekat di daun sirih dan buah pinang”, begitu Alberta memberi kiasan.

Pengasuh lainnya, Yuliana Klau menjelaskan, anak-anak itu dilatih menari tidak lama. Sebab, undangan untuk menghadiri seminar dan workshop keperawatan hari ini baru diterimanya, Jumat (09/06/2017).

“Kita latih anak-anak dalam waktu yang sangat singkat untuk tampil hari ini. Sebab, kita baru terima undangan kemarin sore”, kata Yuliana.