BLORA, Senin (16/6) suaraindonesia-news.com – Anggota DPR RI Komisi IV menggelar kegiatan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis (Bimtek) Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pelestarian lingkungan melalui program penghijauan dan perhutanan sosial.
Kegiatan yang berlangsung diikuti oleh berbagai unsur, mulai dari perwakilan pemerintah daerah, tokoh masyarakat, pegiat lingkungan, hingga warga lokal. Dalam sambutannya, Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Soebagyo, menekankan pentingnya sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha untuk menyukseskan program rehabilitasi hutan.
“Jika tidak ada partisipasi aktif dari masyarakat, maka upaya pelestarian hutan tidak akan optimal. Rehabilitasi lahan bukan hanya soal menanam, tapi juga soal membangun kesadaran kolektif,” kata Firman.
Menurut Firman, luas kawasan hutan Indonesia pada tahun 2024 mencapai sekitar 95,5 juta hektare atau sekitar 51,1 persen dari total luas daratan Indonesia. Namun, angka deforestasi masih tergolong tinggi, yakni sebesar 125,4 ribu hektare per tahun.
Ia juga menyampaikan bahwa penanaman pohon bernilai ekonomi dapat menjadi langkah strategis untuk menghubungkan kepentingan lingkungan dan ekonomi. Beberapa komoditas yang disebut berhasil dikembangkan masyarakat antara lain durian, petai, mangga, dan alpukat, yang bahkan telah menembus pasar ekspor.
“Saya pribadi menanam mangga di kampung halaman. Setelah empat tahun, sekarang sudah mulai panen. Ini membuktikan bahwa dengan ketekunan, hasilnya akan nyata,” ujarnya.
Dalam sesi bimbingan teknis, peserta diberikan pemahaman tentang metode penanaman pohon yang baik, teknik pemeliharaan, serta pengelolaan lahan secara berkelanjutan. Firman juga menyoroti pentingnya program perhutanan sosial untuk mengharmonikan kebutuhan masyarakat dengan kelestarian hutan.
Ia menyampaikan kritik terhadap kebijakan reforma agraria yang menurutnya berisiko membuka peluang konversi kawasan hutan menjadi lahan pertanian, sehingga dapat mempercepat degradasi ekosistem hutan.
“Alih fungsi kawasan hutan sebaiknya dihindari. Solusi utamanya adalah penanaman kembali. Negara harus hadir, tapi masyarakat juga harus aktif,” tegas Firman.
Menutup kegiatan, Firman Soebagyo mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menanam pohon secara berkelanjutan.
“Kalau satu orang menanam lima pohon per hari, dan dilakukan oleh 100 orang, maka sehari kita sudah punya 500 pohon baru. Ini langkah sederhana tapi berdampak besar untuk masa depan hutan kita,” pungkasnya.