Reporter: Adhi
Surabaya, Kamis 25/08/2016 (suaraindonesia-news.com) – Universitas Kristen Petra Surabaya akan melepas 976 orang wisudawan dalam wisuda ke-70, yang berlangsung selama dua hari yaitu hari Jumat-Sabtu, 26-27 Agustus 2016 bertempat di auditorium UK Petra. Acara wisuda ini dibagi menjadi empat shift, shift pertama diikuti oleh delapan program/program studi (Teknik Sipil, Otomotif, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Sastra Tionghoa, Magister Manajemen, Manajemen Bisnis, IBM) pukul 08.30-12.00 WIB. Pada shift dua dimulai pukul 15.00-17.30 WIB yang diikuti oleh empat program/program studi (Desain Komunikasi Visual, Manajemen Perhotelan, Manajemen Pemasaran, Sastra Inggris).
Keesokan harinya, shift ketiga dimulai pukul 08.3-12.00 WIByang diikuti empat program/program studi (Arsitektur, Manajemen Keuangan, Teknik Industri, Desain Interior). Sedangkan shift keempat dimulai pukul15.00-17.30 WIB diikuti tujuh program/program studi (Magister Teknik Sipil, Informatika, Sistem Informasi Bisnis, Ilmu Komunikasi, Akuntansi Bisnis, Akuntansi Pajak, Manajemen Kepariwisataan).
Pada wisuda ke-70 ini berhasil menghimpun 234 wisudawan dengan predikat cumlaude. Peraih IPK tertinggi wisuda kali ini diraih oleh Jessica Kurniawati Sugianto dari strata satu, seorang mahasiswa Program Studi Arsitektur yang mengambil tema tentang “Fasilitas Edukasi Anti Narkoba dan Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba di Malang”dengan IPK 3,94.
“Selalu berikan yang terbaik” itulah motto hidup pemilik IPK tertinggi UK Petra dari strata satu. Mahasiswi program studi Arsitektur pemilik IPK 3,94 tersebut mengangkat judul Tugas Akhir (TA)nya tentang “Fasilitas Edukasi Anti Narkoba dan Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba di Malang”. Mengenai karya TAnya, gadis asal Surabaya ini bercerita ingin membuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat sekaligus menjawab isu-isu terkini.
“Saya teringat bahwa isu narkoba sudah ada sejak dulu akan tetapi sampai sekarang belum ada fasilitas rehabilitasi yang khusus narkoba di daerah Provinsi, biasanya digabungkan dengan rumah sakit jiwa. Jika membuat tempat rehabilitasi narkoba tidak hanya cukup mengobati saja akan tetapi juga mencegah”, ungkap anak bungsu dari dua bersaudara ini.
Menurutnya, jika bicara mengenai tempat rehabilitasi maka orang akan sering membayangkan “penjara”, maka ia membuat fasilitas terlihat lebih terbuka dan menyatu dengan alam.
“Kesan penjara akan hilang dengan desain pendekatan perilaku dengan konsep natural healing environments dengan pendalaman karakter ruang”, urai gadis yang memiliki hobi membaca. Akan ada fasilitas edukasi mengenai narkoba berupa galeri digital dan pengajaran moral di alam terbuka.sedangkan untuk strata dua diraih oleh Ferdiana Soekresno dengan IPK 3,91 dengan topik“Evaluasi Penialain 5S di Area Penyimpanan Konstruksi”.












