Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Opini

Suara NU Kembali Diperebutkan Di Pilkada Lumajang 2024

Avatar of admin
×

Suara NU Kembali Diperebutkan Di Pilkada Lumajang 2024

Sebarkan artikel ini
IMG 20240826 143935
Foto: Satori, 32 Institute & Alumni Fisip Unej

Penulis: Satori, 32 Institute & Alumni Fisip Unej

LUMAJANG, Senin (26/8) suaraindonesia-news.com – Tinggal tiga bulan lagi Kabupaten Lumajang akan melangsungkan hajatan demokrasi lima tahunan, yakni Pilkada 2024. Sementara ini, sudah ada dua bakal calon Bupati yang sudah deklarasi, yakni Dr. H. Thoriqul Haq atau lebih dikenal Cak Thoriq dan Ir. Hj. Indah Amperawati yang sama-sama sudah mengumumkan pendampingnya, yakni Lucita Izza Rafika dan Yudha Adji Kusuma.

Deklarasi Cak thoriq – Ning Fika ini sempat ramai diperbincangkan, karena Cak Thoriq sebelumnya digadang-gadang akan menggandeng calon lain. Penulis meyakini, keputusan Cak Thoriq menggandeng Ning Fika adalah untuk menjaga pemilih warga Nahdlatul Ulama (NU) yang menjadi basis suara PKB dan PPP di Lumajang agar tidak hilang.

Seberapa besar pengaruh Cak Thoriq- Ning Fika terhadap pemilih warga NU dan akankah Cak Thoriq – Ning Fika mampu mendapatkan sepenuhnya suara warga Nahdliyin Lumajang? Kita lihat saja nanti, Karena mereka berdua adalah bagian dari kader NU. Bukan kali ini saja, suara warga NU diperebutkan dalam setiap Pilkada. Lantas, mengapa suara warga NU kerap diperebutkan? Menurut saya ada tiga faktor yang membuat suara warga NU diperebutkan dalam setiap Pilkada. Pertama, warga NU dengan jumlah keanggotaan yang besar. “Dengan besarnya keanggotaan NU bisa menjadi lumbung suara,” Kedua, warga NU memiliki semacam budaya politik yang bergantung pada pendapat Kyai atau Ulama.

Baca Juga :  Bongkar Dalang dan Aktor yang Merintangi Penyidikan Setya Novanto

Faktor terakhir adalah, saat ini warga NU relatif berpandangan moderat. “Sehingga mudah menerima pandangan-pandangan politik baru atau adaptif,” Dengan demikian, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati yang berasal dari kalangan NU belum tentu menjadi jaminan menang . Hal ini tercermin dalam Pilkada Lumajang 2018 yang lalu ketika calon Bupati KH. As’ad Malik yang notabene seorang Kyai atau ulama mengalami kekalahan. “Artinya berpeluang menang juga berpeluang kalah. Kalah dan menangnya calon Bupati juga ditentukan oleh faktor lain yaitu bekerjanya mesin politik dan logistik.

Sedangkan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Ir. Hj. Indah Amperawati – Yudha Adji Kusuma yang diusung oleh Partai Gerindra, PDIP, Domokrat, PKS dan Nasdem ini juga ramai jadi perbincangan banyak pihak terkait munculnya sosok Mas Yudha Adji Kusuma, tidak ada yang menyangka kalau Bunda Indah akan menggandeng Mas Yudha sebagai pendampingnya. Karena sebelumnya beredar beberapa tokoh yang diyakini akan menjadi pendamping Bunda Indah di Pilkada Lumajang 2024. Ternyata pilihan Bunda Indah jatuh pada Mas Yudha Adji Kusuma. Pertanyaannya kok bisa? Bisa saja namanya juga politik.

Baca Juga :  Terkini! Dampak Erupsi Gunung Semeru Dirasakan Warga Malang

Menariknya disini bahwa Bunda Indah dan Mas Yudha diusung bukan dari Partai yang memiliki garis historis dan kultural dengan Nahdlatul Ulama (NU), mengingat Lumajang merupakan salah satu daerah dengan basis NU yang kuat. Ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Bunda Indah dan Mas Yudha dalam memenangkan Pilkada Lumajang 2024. Pertanyaannya, Apakah Bunda Indah dan Mas Yudha bisa mengambil suara dari warga NU?. Butuh strategi khusus yang lebih komprehensif. Salah satu langkah harus menunjukkan bahwa Pasangan Bunda Indah – Yudha adalah calon yang mampu memberikan perubahan positif dan menyelesaikan persoalan yang ada di Kabupaten Lumajang.

Jadi kunci sukses dalam memenangkan pertarungan Pilkada Lumajang kali ini calon harus mampu memahami dan mengakomodasi semua kepentingan kelompok, individu dan golongan.