Suara Indonesia-News.Com, Sumenep – KH. Gusman Imam Mahdi Putra KH.Mas’urat (Ke Urat Sapaan Akrabnya, red) seorang pengusaha burung walet sekaligus tokoh yang sangat terkenal di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur ditangkap dan diborgol (diculik, red) oleh sekelompok orang yang mengaku Anggota Intel Mabes Polri beberapa waktu lalu.
Menurut keterangan KH. Gusman Imam Mahdi (korban, red), kepada awak media, Penangkapan dirinya berawal saat korban sedang berada di desa pajudan, tiba tiba datang beberapa orang yang sangat dekat dengan korban tidak lain santrinya korban sendiri yang bernama rusli, pada saat itu pelaku mengajak korban turun dari gunung pajudan untuk mengobati pasien, tetapi sesampainya di bawah korban langsung di borgol dengan alasan pelaku dari pihak anggota intel mabes polri.

“Kamu udah saya incar beberapa bulan yang lalu dan mau di bawa ke polres pamekasan,” tutur Mahdi sapaan akrab dari Gusman Imam Mahdi korban menirukan pelaku, senin (27/04/2015) di kediamannya.
Ia menambahkan, setelah itu, ia langsung di masukan ke dalam mobil avanza, kemudia di bawa ke pamekasan tetapi sesampainya di pamekasan korban ternyata tidak di bawak ke polres pamekasan melainkan korban langsung di bawak ke jawa tengah tepatnya di semarang.
Menurut pengakuan korban, dirinya sempat berontak dan berteriak minta pertolongan tetapi usahanya sia-sia, bahkan menurut korban, dirinya sempet di pukuli beramai- ramai,dan pelaku sempat nenyuruh korban untuk menelfon pihak keluarga untuk meminta tebusan yang besarnya Rp 250.000.000.00.
Sementara pihak keluarga setelah mengetahui anaknya di culik, langsung melaporkan ke jadian tersebut ke polres sumenep, tetapi menurut keluarga korban, polres sumenep sendiri lamban menanggapi berita dan laporan tersebut hingga akhirnya pihak keluarga (KH.Mas’urat, red) mintak bantuan polda jawa tengah dan densus 88 anti teror, akhirnya pelaku yang jumlahnya 8 orang, 5 orang berhasil di ringkus dan di amankan di polres sumenep sementara yang 3 orang lagi ber hasil melarikan diri.(fjr/Zai).
Saya rasa berita ini belum siap publish…
Editingnya berantakan, penggunaan bahasa yang tidak baku serta penulisan yang morat marit. Baik mulai dari ejaan serta suku kata sama sekali belum tepat pada EYD. Bagaimana hal ini bisa berdampak baik pada terbitan edisi sebelumnya serta edisi yang akan datang, belum lagi dengan motto serta slogan “tajam terpercaya” sementara jurnalis serta editornya belum memahami rangkaian bahasa serta suku kata yang mestinya jadi modal utama para jurnalis. Saya jadi tidak tertarik dengan sajian berita dengan membaca tulisan yang tidak sesuai dengan karakter EYD. Bisa dimaklumi jika hanya satu atau dua kali katakan salah ketik, tapi hal ini bolak balik dan terlalu banyak kesalahan, yang akhirnya nilai jual merosot :v