Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Berita UtamaPolitikRegional

Jelang Pemilu 2019, Pengamat : Media Harus Netral

Avatar of admin
×

Jelang Pemilu 2019, Pengamat : Media Harus Netral

Sebarkan artikel ini
dfg 22
D. Manurung, Pengamat Kebijakan Publik dan Informasi

JAKARTA, Senin (24/09/2018) suaraindonesia-news.com – Geliat politik jelang pemilu 2019 mulai menghangat. Untuk kali pertama, Indonesia akan menggelar pemilu legislatif dan pemilu presiden secara serentak pada April 2019. Kondisi ini menjadi atensi Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

“Tapi kita harapkan tidak overheat,” kata Tito soal Pemilu 2019 saat ditemui di Dermaga Pondok Dayung, Koarmada I, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin 10 September 2018 seprti dilansir dari https://www.liputan6.com/news/read/3641145/polri-waspadai-meningkatnya-suhu-panas-politik-jelang-pemilu-2019.

Menyikapi hal tersebut, Pengamat Kebijakan Publik dan Informasi, D. Manurung mengatakan dalam hal ini Media mendapat tempat utama dalam pembangunan Dunia Ketiga ini, sejalan dengan ide pembangunan masyarakat berdasarkan informasi yang didengungkan oleh McLuhan. Media menjadi agen dari kemajuan. Teks Ithiel De Sola Pool, pencetus istilah “konvergensi” dalam penelitian efek teknologi dalam masyarakat, yang diterbitkan Unesco, merangkum tesis manuver media ini; Media komunikasi yang bertujuan untuk membuka pasar bagi produk dan kepentingan baru, juga menggambarkan citra dari sebuah tipe manusia baru dalam sebuah miliu yang baru.

“Mengingat semakin menjamurnya media online, blogger ataupun media sosial, D.Manurung berpesan agar seluruh pegiat sosial, Jurnalis dan lainya agar dapat mendukung suatu kebijakan publik yang terbuka dimana publik dapat mengakses segala informasi yang berkenaan dengan publik, serta diperlukan sebuah kebijakan informasi yang baik, dimana kebijakan informasi tersebut dapat seluas-luasnya memberikan akses kepada publik untuk mendapat informasi dan diinformasikan,” pungkasnya.

Baca Juga :  Sat Reskrim Polres Abdya Tangkap Tiga Pelaku Pengangkut Getah Pinus Illegal

Lebih lanjut, D.Manurung menegaskan kepada media agar tetap Netral, menjunjung tinggi Unsur-unsur dalam etika Pers dan Asas Kode Etik Jurnalistik.

“Akhir akhir ini kenyamanan dan kerukunan di dunia Maya sedikit terganggu dengan semakin maraknya fenomena clickbait. Clickbait sebenarnya sudah populer cukup lama di Amerika dan Eropa (sekitar tahun 2013-an). Clickbait lebih mengedepankan traffik web dibandingkan isi konten dan cenderung menipu pembaca dengan judul-judul yang heboh dan terkadang mengada-ada,” ujar D. Manurung, Minggu (23/09).

Dan yang sangat disayangkan, bukan hanya web abal-abal saja yang menggunakan clickbait, tapi portal-portal berita mainstream juga sering menggunakan ini untuk menarik pembaca mereka untuk meng-klik tautan dan meningkatkan traffik web-nya.

“Padahal In my very honest opinion (Menurut pendapat saya yang sangat jujur), jika konten mereka berkualitas, para pembaca media online akan datang sendirinya ke news portal mereka tanpa perlu menggunakan judul judul persuasif,” tambah D.Manurung.

Aneh sekali melihat sebuah judul berita menggunakan titik-titik, yang hanya akan membuat si pembaca ber spekulasi tentang isi berita dan membuat kita jadi penasaran lalu kembali dibuat kecewa dengan isi berita tersebut.

“Untungnya, sekarang telah ada plugin chrome untuk menangkal clickbait journalism atau yellow journalism yang bernama downworthy yang dilatar belakangi rasa ‘muak’ dengan judul-judul ‘murahan’,” ujar D.Manurung.

Baca Juga :  Jelang Pemilu, Dandim 0826 Pamekasan Imbau Anggota Kodim Jaga Netralitas TNI

“Kalau boleh jujur, cara ini emang sangat efektif untuk menaikan traffik web di Negara kita yang masyarakatnya kebanyakan adalah pembaca ‘judul’ atau Headline readers. Jadi, mungkin kita akan tetap dipaksa ‘menikmati’ judul-judul lebay seperti di atas untuk waktu yang cukup lama,” imbuh D.Manurung.

Lebih lanjut D.Manurung mengatakan, Wartawan terkesan menulis berita seenaknya dan cenderung mengamalkan konsep “jurnalisme kuning” (yellow journalism) yang mengedepankan judul sensasional, serta “doyan” pemberitaan seks dan kriminalitas.

“Kenapa judul-judul berita di media online saat ini “begitu menyebalkan”? Tidak lain karena media-media online yang doyan membuat judul dengan kata seru, tanda tanya, dan “inilah” itu adalah media-media penganut paham “clickbait journalism” (jurnalisme umpan klik),” sebut Manurung.

Manurung mengatakan bahwa Clickbait menjadi salah satu jurus media online untuk menaikkan jumlah pengunjung. Bahkan, clickbait cenderung menjadi “trending” di kalangan media online. Jadilah ia “ClickbaitJournalism”. Clickbait Journalism juga merupakan dampak negatif media sosial bagi jurnalistik.

“Wartawan atau media yang “pragmatis-oportunis” mengikuti trend status update di media sosial dalam menulis judul berita, dan tidak berpegang pada standar jurnalistik yang baik,” pungkasnya.

Reporter : Zai/Red
Editor : Amin
Publisher : Imam