OPINI, Rabu (19/10/2022) suaraindonesia-news.com – Ada tugas dan kewajiban kita sebagai muslim yg langsung diperintahkan Allah SWT dalam Alquran, yaitu amar ma’ruf dan nahi munkar, menyuruh kebaikan dan mencegah kemunkaran.
Tugas ini sangat mulia karena mengajak, menyuruh dan menunjukkan satu kebaikan. Diantara kita umat muslim harus ada yg mau dan peduli untuk melaksanakan tugas agama ini.Paling tidak merekalah yg punya ilmu agama, para asatidz dan kiyai di lingkungan masing-masing.
Allah SWT berfirman
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةُُ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung“. (Ali-Imran:104].
Kita umat muslim akan menjadi “Khaira ummah” (umat terbaik) asal mau berdakwah dan beramar ma’ruf nahi Munkar. Dan jangan sebaliknya, menjadi umat yg terburuk yg tidak mau tahu dengan berbagai pelanggaran syariat dilingkungannya masing-masing.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
“Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman“. [HR Muslim].
Hadits ini menunjukkan bahwa tugas amar ma’ruf nahi munkar itu akan sangat efektif jika dilaksanakan dengan tangan atau kekuasaan. Para pejabat, presiden, DPR, Gubernur, Bupati, Wali Kota dan pejabat negara lainnya yg punya kekuasaan akan sangat efektif untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar.
Untuk menyelesaikan suatu kemunkaran, seorang pejabat negara bisa dengan membuat UU atau peraturan untuk mengatasi berbagai kemunkaran,termasuk ‘pelanggaran syariat’.
Jika tugas ini dilaksanakan akan sangat bermanfaat untuk umat dan sekaligus pahalanya lebih ‘afdhol’ dibanding ibadah ‘mahdhah’ suatu ibadah yg manfaatnya hanya untuk pribadi
Manfaatkanlah kesempatan saat punya jabatan untuk mensejahterakan rakyat dengan berbagai aktifitas pembangunan yg dapat dirasakan oleh masyarakat. Dan ingat bahwa masa jabatan itu gak lama tapi hisabnya di hari kiamat itu sangat lama karena jabatannya itu.
Jangan sampai punya semboyan akan berbuat baik setelah pensiun nanti. Bertobat itu benar tapi ibadah dan amal shalih saat punya power jabatan akan sangat baik dan disukai Allah SWT.
Ayo umat muslim kita laksanakan tugas mulia amar ma’ruf nahi munkar, kritik membangun untuk memperbaiki negeri ini.Jangan sampai kita tidak peduli acuh tak acuh dengan merebaknya kemunkaran di lingkungan kita. Kalau kita diam atas kemungkaran yg nampak didepan mata kita, maka ini yg disebut ‘setan bisu’ oleh seorang ulama salaf, Abu Ali ad-Daqqaq. Katanya:
الساكت عن الحق شيطان أخرس، والناطق بالباطل شيطان ناطق
“Orang yang diam dari kebenaran itu adalah SETAN BISU, namun orang orang bicara dg kebatilan itu adalah SETAN YANG BERBICARA”.
Walau itu bukan hadits tapi hikmah diatas sejalan isinya dengan Alquran dan hadits yg berisi perintah amar ma’ruf dan nahi munkar.
Saudaraku, ayo kita jalankan amar ma’ruf nahi munkar itu agar kita tidak termasuk setan bisu.
Akankah kita menunggu adzab Allah Ta’ala turun kepada kita, dikarekan kita mengabaikan, apatis dan acuh tak acuh dalam perkara perkara ini!
Apakah kita melupakan sabda Nabi Muhammad Saw yang berbunyi:
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ، وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ، أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ، ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ
“Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaklah kalian bersunguh-sungguh menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran, atau Allah akan menimpakan siksaan kepada kalian dari sisi-Nya, kemudian kalian berdo’a kepada-Nya tetapi Dia tidak mengabulkan do’a kalian.” (HR. At-Turmudzi. 2169)
Ayat tersebut menjelaskan, apabila amar ma’ruf nahi munkar tidak ditegakkan, maka do’a pun tidak dikabulkan. Lantas apa lagi yang kita tunggu! Apakah kita akan mendiamkan kemungkaran yang merajalela, kemaksiatan di mana-mana, kemudian Allah Ta’ala murka dan menurunkan adzab-Nya!
Walaupun didalamnya terdapat orang yang sholeh dan taat yang selalu berdoa kepada Rabb-Nya, walaupun di dalamnya ada orang yang selalu shalat, infak, shadaqoh, puasa, tapi kalau dia mendiamkan kemaksiatan maka tunggulah adzab dari Allah Ta’ala.
Kondisi pelaku kemungkaran memang berbeda-beda. Ada yang mau kembali setelah dinasehati, ada pula yang terus menolak kebenaran. Apapun kondisinya, menurut Syaikh Jamaluddin Al-Qashimi.
“Upaya meluruskan kemungkaran tidak akan pernah gugur. Meski seorang muslim menilai upayanya tidak akan membuahkan hasil.”
Karena manfaat bagi penyeru adalah mendapatkan udzur di hadapan Allah. Manfaat berikutnya didapatkan pelaku maksiat yang terselamatkan dari hukuman Allah.
_Nasrun Minallah Wafathun Qorieb’_
Penulis : Abd.Mukti (Pemerhati Kehidupan Beragama)
Editor : M Hendra E
Publisher : Nurul Anam