MAMASA, Selasa (19/03/2019) suaraindonesia-news.com – Pihak Ikatan Duta Pariwisata (IDUP) akhirnya buka suara soal polemik pemberangkatan Kaka’ dan Kandi’ Perwakilan Kabupaten Mamasa di Provinsi Sulawesi Barat.
Nikita, sebelumnya telah dinobatkan menjadi juara satu saat pemilihan Baine Matatta dan Muane Masokan yang diselenggarakan oleh IDUP Kabupaten Mamasa, Agustus 2018 lalu. Namun setelah dinobatkan menjadi jawara Nikita tak diberi kesempatan menjadi wakil Mamasa dalam ajang pemilihan Kaka’ dan Kandi’ tingkat Provinsi Sulawesi Barat, dengan alasan tidak memenuhi standar.
Nikita digantikan lantaran dianggap tidak layak mewakili Mamasa di ajang itu, hanya karena persoalan postur tubuh yang sedikit tidak tinggi, hingga membuat Nikita merasa terpukul.
“Sebelumnya, saya tidak tau apa-apa, tiba-tiba saya dapat info dari pengurus idup kalau saya suda diganti, tidak jadi wakil Mamasa untuk pemilihan Kaka’ dan Kandi’, karena katanya saya pendek,” ungkap Nikita Paotonan saat di konfirmasi via Watshaap, Senin (18/3) kemarin.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Parawisata Kabupaten Mamasa Agustina Toding mengatakan, soal pemberangkatan Kaka’ dan Kandi’ perwakilan Kabupaten Mamasa, sejak tahun 2018 bukan lagi tanggung jawab Dinas Parawisata, namun sepenuhnya dilaksanakan oleh IDUP.
“Mulai tahun 2018, kami tidak anggarkan lagi pelaksanaan Baine Matatta dan Muane Masokan dikarenakan anggaran kami berkurang sampai setengah miliar rupiah, jadi murni yang smenyelenggarakan kegiatan itu adalah idup, adapun peserta yang mereka berangkat kan ya saya tidak tau menau lagi,” terang Agustina.
Namun demikian kata Agustina, untuk pemberangkatan Kaka’ dan Kandi’ wakil Mamasa, pihaknya hanya menyediakan anggaran untuk transpor saja, hingga saat jelang pemberangkatan, beberapa peserta yang diutus oleh Idup menemuinya.
“Tapi saya tidak tau kalau yang datang saat itu, bukan yang juara satu saat pemilihan Baine Matatta dan Muane Masokan, setelah itu baru saya dapat informasi jika yang diberangkatkan bukan sang jawara, maka dari itu sempat saya protes, sehingga dimasukkan lah namanya Nikita Paotonan, tapi setelah pemberangkatan ya saya sudah tidak tau, mungkin ada pertimbangan lain,” tuturnya.
Ditanya Ketua IDUP Mamase Kabupaten Mamasa Sandy Kariwangan, menjelaskan bahwa dalam surat rekomendasi yang diserahkan kepada Dinas Parawisata nama pemenang Baine Matatta dan Muane Masokan ada. Setelah itu Dinas Pariwisata menyampaikan nama-nama tersebut kepada perwakilan Kandi’ Mamasa untuk menentukan lolos dan tidaknya.
“Proses pemilihan tahun lalu kan panitia nya terbentuk, nah mestinya yang harus diberangkatkan ya yang mendapatkan gelar juara, namun saya tidak tau Juknis panitia sehingga berbeda saat pemilihan Kaka’ dan Kandi di Mamuju”, Jelas Sandy.
Dirinya mengaku dalam proses pelaksanaan itu pihaknya tidak monitor lebih jauh dikarenakan saat itu ia sedang disibukkan dengan urusan yang tak kala penting.
“Memang waktu saya tidak terlalu monitor karena persiapan pernikahan saya, juga kan panitnya suda terbentuk jadi sepenuhnya tanggung jawab panitia,” katanya.
Sementara menurut Sekretaris Umum IDUP yang juga merupakan Ketua panitia pemilihan Baine Matatta dan Muane Masokan Brilyan Tiara Mangumban mengatakan, untuk mengirim perwakilan ke Provinsi dalam mengikuti ajang pemilihan Kaka’ dan Kandi’ itu harus sesuai dengan Juknis yang telah ditentukan oleh panitia pemilihan tingkat provinsi.
Kata Brilyan, semua anggota idup berhak untuk mengikuti ajang itu jika memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan, artinya, tidak mesti yang dinobatkan menjadi juara satu, itu yang wajib berangkat.
“kami suda ber ulang kali menyampaikan saat proses karangtina Baine Matatta dan Muane Masokan di Mamasa tahun lalu, bahwa tidak menutup kemungkinan yang juara tidak berangkat, tergantung jika memang memenuhi syarat, dan saat itu para finalis sepakat untuk itu,” ujar Brilyan.
Lanjut Brilyan menjelaskan, standar untuk pemilihan Baine Matatta dan Muane Masokan sangat berbeda jauh dengan pemilihan Kaka’ Kandi’ tingkat provinsi, beberapa kriteria yang sangat membedakan salah satunya adalah tinggi badan, dalam standar yang telah ditentukan oleh panitia pemilihan Kaka’ Kandi’ adalah tinggi badan untuk Kaka’ (Pria) 170 cm, sementara untuk Kandi’ (Wanita) 165 cm.
“Inilah yang berusaha kami penuhi sehingga kami mengambil alternatif lain, dan juga itu suda disampaikan sebelumnya, saya rasa para finalis saat itu memahami dan menerima setelah beberapa kali disampaikan, baik saat Audisi maupun saat karantina Baine Matatta Muane Masokan kemarin,” Jelas Brilyan.
Sedangkan kata Brilyan, untuk Baine Matatta dan Muane Masokan yang saat itu dibuka untuk semua anak muda Mamasa yang ingin berkarya, mengikuti kebutuhan lokal dan kondisi yang ada, dengan pertimbangan memberikan kesempatan bagi anak muda Mamasa.
“Artinya kami IDUP tdk membatasi saat itu, namun kendalanya setiap tahunnya persyaratan untuk kaka kandi juga berubah-ubah dan semakin meningkat, namun tentu hal ini bukan kemudian mempengaruhi kebutuhan dan konsentrasi kami untuk Duta Mamasa, karena baik Ikandi dan IDUP sendiri itu terpisah,” katanya.
Jauh Brilyan menjelaskan, meski demikian dalam surat rekomendasi yang dikirim nama Nikita Paotonan jelas ada sebagai pemenang Baine Matatta tahun 2018, Namun entah mengapa Niki tidak hadir pada saat seleksi Kaka’ Kandi’.
“Kami rekomendasikan untuk mengikuti Kaka’ Kandi’, tapi dia yang tidak datang untuk mengikuti seleksi, makanya kami siapkan cadangan, karena hasil keputusan Ikandi terkait peserta yang diterima bukan menjadi tanggung jawab selaku IDUP Mamase,” jelasnya.
Pihaknya hanya berusaha mencari yang terbaik untuk Kabupaten Mamasa sendiri, menurutnya untuk Nikita karena telah menjadi Duta Mamasa tentu dia adalah miliknya Mamasa bukan yang lain.
“Harapan kami Nikita bisa berkarya dan menginspirasi anak muda yang ada di daerah dengan segala potensinya, ini juga suda disepakati dari awal pemilihan, karantina, hingga di Grand Final sudah dsampaikan dan dipahami serta disepakati oleh sluruh anggota IDUP termasuk pserta Baine Matatta dan Muane Masokan,” Pungkasnya.
Reporter : Bung Wahyu
Editor : Agira
Publiser : Imam