Reporter: Adi Wiyono
Kota Batu, suaraindonesia-news.com – Murahnya harga susu sapi ditingkat petani peternak berkisar Rp 4.500 hingga Rp 4.800 membuat sebagian peternak sapi beralih fungsi, sapi yang semula dijadikan produksi susu, kini sebagian petani dijadikan sapi potong, akibatnya dari tahun ke tahun produksi susu sapi terus mengalami penurunan.
Di daerah Jawa timur dua tahun lalu terdapat 570 ribuan ekor sapi perah sekarang tinggal 440 ribuan, menyusutnya sapi perah ini karena factor ekonomi yang tidak menjanjikan, pakan ternak yang terus melambung ternyata tidak dibarengi dengan kenaikan harga harga susu.
Muhammad Syarkawi Rauf Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) saat ditemui usai sidak terkait anjloknya harga susu dan melambungnya harga daging sapi, mengatakan bahwa dirinya datang di dusun Baru, Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji itu tidak lain karena ada info dari masyarakat yang mengeluhkan harga susu sapi yang murah.
“Ada keluhan kalau harga susu sapi itu dibeli dengan murah ditingkat petani peternak sapi perah, harganya berkisar Rp 4.500 hingga Rp 4.800, perliternya, tapi harga pakan ternak terus melambung,” kata dia, Sabtu (04/06/206).
Meskinya, secara hitungan matematik tidak terjadi susu murah karena Susu segar di Indonesia itu masih membutuhkan 3, 8 juta liter per harinya, sementara secara nasional Indonesia hanya mampu memproduksi susu sapi segar sekitar 800 liter per hari.
“Ini apa artinya kebutuhan impor kita masih sangat tinggi, sementara peternak-peternak lokal ini tidak bisa berkembang dan tidak melanjutkan usahanya karena dibeli dengan harga murah,” jelasnya
Lanjut Syarkawi , Petani peternak sapi perah tidak bisa berkembang lantaran susu sapi dibeli oleh dua perusahaan besar Indonesia yang sewaktu-waktu dapat mengendalikan harga, dua induk perusahaan pengelola susu yang terbesar ini dapat menguasai disegala lini mulai dari agen hingga tingkat koperasi.
“Insentif yang paling tepat adalah melalui mekanisme harga, tetapi rantai distribusi yang panjang tidak akan memperoleh harga yang maksimal, petani tetap saja menjadi korban,” ucapnya
Kata dia, penyalagunaan posisi dominan itu bisa saja terjadi karena ada efek domino, harga rendah akibatnya sapi yang seharusnya produktif dipotong menjadi sapi pedaging, mereka beralasan produksi sapi perah secara ekonomi tidak menguntungkan karena harganya terlalu rendah, hal ini karena ada dugaan bergaining position, atau posisi tawar dengan industry pengelolahan susu.