Sulagi: Menjadi Pemulung Pekerjaan Mulia - Suara Indonesia
Example floating
Example floating
Teknologi

Sulagi: Menjadi Pemulung Pekerjaan Mulia

×

Sulagi: Menjadi Pemulung Pekerjaan Mulia

Sebarkan artikel ini
Sulagi
Sulagi

Reporter: Mahdi

SUMENEP, Sabtu (8/4/2017) suaraindonesia-nesw.com – Mulagi, panggilan kakek tua yang sudah berusia 75 tahun tersebut. Ia adalah salah satu Warga Dusun Dung, Deje Desa Pragaan Laok, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, Madura.

Kakek tua yang lahir di tahun 1940 tersebut bekerja sebagai pencari barang rongsokan guna menyambung hidup. Walau kulit sudah tampak keriput namun semangat bekerja tetap berapi api.

“Barang bekas yang saya kumpulkan dalam sehari setelah dijual hanya memperoleh uang 10 ribu,” tutur kakek tua ini sambil tersenyum, saat berbincang dengan suaraindonesia-news.com, Sabtu (8/4).

Baca Juga :  Julian Sedgwick: Pasar Apartemen Australia Masih Menjadi Primadona Dibandingkan Rumah Tapak Bagi Para Investor Asia

Setiap hari kakek tersebut berjalan menyusuri lorong dan pemukiman warga untuk memungut gelas plastik serta barang bekas lainnya. Dengan karung dipundaknya kakek tua tersebut tak kenal lelah. Hampir setiap hari menghabiskan waktunya untuk memulung barang bekas.

Walau dengan hasil yang diperoleh tidak seberapa tapi kakek tersebut tetap istiqomah dengan pekerjaannya.

“Saya merasa nyaman dengan pekerjaan seperti ini. Terkadang terbesit rasa malu karena hampir setiap hari memasuki pekarangan rumah orang. Namun saya selalu pamit terhadap pemilik rumah,” ceritanya.

Baca Juga :  Terobosan Baru di Dunia Pendidikan, Diknas Sumenep Akan Menerapkan Sistem Pendidikan Berbasis IT

Sulagi yang sudah mempunyai 4 anak dan beberapa cucu itu, tetap mencari barang bekas karena ia yakin hasil yang diperoleh halal.

Kakek Sulagi menambahkan, terkadang rongsokan yang ia cari dikumpulkan hingga satu bulan. Sehingga ia dapat menjual dengan harga 400 ribu dalam sebulan. Uang hasil lelahnya untuk keperluan sehari hari terkadang tidak cukup.

“Saya dulu bekerja serabutan, mulai dari tukang kayu, kuli bangunan sampai merantau. Tapi tidak bertahan lama. Malah saya bekerja jadi pemulung merasa nyaman,” ucapnya mengakhiri perbincangan.