SAMPANG, Senin (13/1) suaraindonesia-news.com – Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gunung Sekar 2 Kelurahan Gunung Sekar Kecamatan Sampang, mempunyai satu kelas untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) atau Disabilitas yang artinya, ketidak mampuan seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu.
Menurut Kasek SDN Gunung Sekar 2 Rohmadi menjelaskan, ruang kelas anak berkebutuhan khusus (ABK) atau Disabilitas di SDN Gunung Sekar 2 sejak Tahun 2019 lalu. Siswanya ada sebanyak 27 anak.
“Orang tuanya langsung mendaftarkan anaknya yang berkebutuhan khusus di SDN Gunung Sekar 2. Tapi tetap lewat jalur seleksi. Artinya, anak yang ABK nya sangat parah seperti Down Syndrome atau idiot, buta dan autis berat tidak diterima dan disarankan masuk ke SDLB yang ada di Sampang,” jelas Rohmadi.
Dikatakan, untuk gurunya ada 3 orang tenaga honorer (GTT), yang dilatih oleh seorang guru yang berkualitas pendidikan luar biasa (PLB) dari guru SDLB Sampang, bernama Alfi Firdausi M.Pd. Ia setiap hari Sabtu mengajar anak berkebutuhan khusus di SDN Gunung Sekar 2.
“Mempunyai siswa ABK kendalanya ada di media belajar atau alat pembelajaran khusus. Seperti, mainan dan kursi untuk siswa autis, sampai saat ini belum terealisasi walaupun sudah mengajukan ke Dinas Pendidikan Sampang,” ungkapnya.
“Akhirnya, untuk mengatasi kursi siswa autis kami bekerjasama dengan wali murid untuk buat sendiri,” imbuhnya.
Yang menarik ungkapnya, anak berkebutuhan khusus (ABK) dari sekolah lain seperti SDN Gunung Sekar 1, SDN Aeng Sareh 1, dan SDN Dalpenang 1 dipindah ke sekolah kelas khusus ABK di SDN Gunung Sekar 2. Karena memang tidak mudah untuk mengajar siswa ABK.
Rohmadi berharap, terpenuhinya fasilitas untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) di SDN Gunung Sekar 2. Ditambah tenaga pengajar untuk anak berkebutuhan khusus (ABK), dari 3 orang menjadi 5 orang tenaga guru. Dan dilibatkan dalam pelatihan tingkat Provinsi Jawa Timur untuk program ABK.
“Kami sudah meminta pada Dinas Pendidikan Sampang, ditambah tenaga guru untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) di SDN Gunung Sekar 2, tapi sampai saat ini tidak terealisasi. Sementara 3 tenaga honorer (GTT) yang ada, pihak sekolah yang membayar honornya,” pungkasnya.