Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Berita UtamaPendidikanRegional

Risma: Kasus Covid-19 di Surabaya Paling Banyak Berasal dari Luar Negeri dan Luar Kota

Avatar of admin
×

Risma: Kasus Covid-19 di Surabaya Paling Banyak Berasal dari Luar Negeri dan Luar Kota

Sebarkan artikel ini
IMG 20200413 140625
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Senin (13/4/2020).

SURABAYA, Senin (13/4/2020) suaraindonesia-news.com – Hampir 99% kasus Covid-19 yang ada di Kota Surabaya berasal dari orang yang baru pulang dari luar negeri dan luar kota. Untuk pengetatan kepada para pendatang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, salah satunya dengan sterilisasi 18 titik masuk kota. Demikian diungkapkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kepada suaraindonesia-news.com di Surabaya, Senin (13/4/2020).

Sebelumnya, Dipaparkannya, Strelisasi di belasan pintu masuk kota sudah pernah dilakukan. Namun sejak Senin, 6 April kemarin, Pemkot Surabaya melakukan penarikan seluruh petugas.

“Sebetulnya kita bukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), 99% data kami itu, itu yang terkena orang dari luar negeri dan luar kota,” ujarnya.

Baca Juga :  Denjaka Rebut Kembali Pulau Sebatik

Disisi lain, Ia mengaku kesulitan untuk melakukan strelisasi seperti di bandara dan pelabuhan, setelah penarikan bilik disinfektan di dua lokasi tersebut.

Sehingga, Pemkot Surabaya mengirim surat kepada pihak bandara dan pelabuhan, agar para penumpang yang baru datang mandi serta mengganti baju sebelum melanjutkan perjalanan.

“Sekarang karena di bandara ditarik biliknya, saya minta mereka mandi sebelum mereka pulang. Ganti baju, ya gimana lagi, kita harus bagaimana? Saya membuat surat, kalau di pelabuhan mereka sebelum turun minta ganti baju dan mandi,” jelasnya.

Baca Juga :  Pimpin Apel Polisi RW, Dedie : Tetap Ingatkan Warga Prokes Ketat

Ditambahkannya, Untuk warga Surabaya mematuhi protokol kesehatan dan imbauan pembatasan fisik (physical distancing). Terlebih penambahan kasus di Surabaya pada Minggu (12/4/2020) kemarin hampir dua kali lipat, dari sebelumnya 97 kasus, menjadi menjadi 180 kasus.

“Warga Surabaya ayolah kita patuhi. Kita ngomong, kita cari makan. Tapi kalau kita sakit, kita enggak bisa cari makan dan harus di rumah 14 hari. Makanya, itu bisa menular ke siapapun juga,” pungkasnya.

Reporter : A Ningsih/Agus DC
Editor : Amin
Publiser : Ela