Raja Ampat, Suara Indonesia-News.Com – Esra Mambrasar warga kampung Saporkren distrik/kecamatan,Waigeo selatan Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat adalah pasien gizi buruk yang meninggal dunia, Rabu (5/8/2015) siang sekitar pukul 12.30 wit, setelah sebelas hari dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raja Ampat dengan pelayanan dan penanganan tenaga medis yang tidak sesuai dengan harapan.
Esra Mambrasar yang baru berumur satu tahun merupakan anak ke empat dari pasangan Laurens Mambrasar dan Terkia Mambrasar, salah satu warga tidak mampu yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
Kejadian ini merupakan salah satu contoh potret buruknya pelayanan Rumah Sakit Daerah (RSUD) Raja Ampat dalam pelayanan dan penanganan pasien yang kurang mampu.
Sebelum Esra Mambrasar pasien gizi buruk menghembuskan nafas terakhirnya, media ini sempat mewawancarai Laurens Mambrasar orang tua pasien gizi buruk, Rabu (5/8/2015).pagi pukul 07.30 wit
“Saya sebagai orang tua pasien sangat kecewa dengan pelayanan dan penanganan RSUD, selama anak saya dirawat di RSUD Raja Ampat hanya mendapatkan layanan tenaga medis dari perawat, dokter hanya mengarahkan perawat melalui via telepon untuk mengobati anak saya yang menderita gizi buruk,” Jelas Laurens.
Menurutnya, kejadian ini tidak bisa terus berlanjut, jangan karena saya keluarga kurang mampu hingga diperlakukan seperti ini, harapnya.
“Walaupun kami warga yang kurang mampu, namun kami punya hak menikmati kesehatan melalui pelayanan dan penaganan yan baik dan tulus,” Keluh Laurens.
Ditambahkan, buruknya pelayanan dan penanganan RSUD Raja Ampat, sehingga saya mau mengeluarkan anak saya (Esra Mambrasar) dari rumah sakit, dengan tujuan untuk mencari alternatif pengobatan lain, namun terkendala biaya sebesar 2 juta Rupiah.
“Karena tidak ada biaya, saya mengurus layanan kesehatan BPJS, Senin (3/8/2015), namun belum bisa digunakan,” tutur Laurens Mambrasar (Orang tua Esra Mambrasar) saat ditemui suara indonesia, Rabu (5/8/2015), saat berkunjung di rumah kerabatnya. (Zainal).