Jangan-jangan Itu Hoax

oleh -250 views
Kapolres Jember, AKBP. Kusworo Wibowo sedang menjelaskan dampak berita hoax dan berbagai ancaman hukumannya. Duduk di samping kirinya adalah Mr. Crack dan di samping kanannya adalah Kabag. Humas Pemkab. Jember, Herwan Agus Darmanto (Foto: Guntur Rahmatullah / Suara Indonesia News).

JEMBER, Minggu (8/4/2018) suaraindonesia-news.com – Pernah dapat broadcast yang berisi informasi yang belum kita ketahui kebenarannya? Kalau pernah, apakah tindakan anda? Jangan-jangan itu pesan hoax.

Hoax menjadi fokus perhatian pemerintah, karena dampaknya sangat besar bahkan baru-baru ini Kepolisian Republik Indonesia telah menangkap grup penyebar pesan hoax yang berisikan pesan-pesan ujaran kebencian.

Dilansir dari Indosiar, dalam program Fokus Indosiar, tayang pada Rabu (28/2/2018), Kabiro Penmas. Diivisi Humas Mabes Polri, Brigjen Mohammad Iqbal mengatakan bahwa kepolisian telah berhasil menangkap 5 anggota grup MCA (Moeslem Cyber Army) di berbagai tempat yang berbeda.

MCA adalah grup penyebar pesan bohong untuk menyerang Presiden atau pejabat negara lainnya melalui media sosial, isu yang dipilihnya pun beragam, mulai dari isu PKI, penyerangan terhadap ulama, dan penghinaan kepada Presiden dan pejabat negara. Tujuannya tidak lain adalah memecah belah bangsa Indonesia.

Oleh sebab itu, perkumpulan wartawan media yang tergabung dalam Forum Wartawan Lintas Media (FWLM) Jember, Komunitas Media Online (Komen) Jember bekerjasama dengan Kepolisian Resor Jember dan Relawan TIK Jember menyelenggarakan Pelatihan Fotografi Jurnalistik bertemakan Fotojurnalis Melawan HOAX, bertempat di Kafe Tipis-tipis, Minggu (8/4/2018).

Ketua FWLM Jember, Ihya Ulumiddin mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan langkah dari forum yang dipimpinnya guna memberikan edukasi yang bermanfaat kepada para anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

“FWLM Jember sering menyelenggarakan pelatihan, guna meningkatkan kemampuan SDM, dan kali ini kami mengangkat tema hoax karena memang sudah menjadi keresahan publik,” tutur Udik, sapaan akrabnya.

Dalam pelatihan ini, beberapa pembicara dihadirkan di antaranya Kapolres Jember, AKBP. Kusworo Wibowo, SH, SIK, MH, Kabag. Humas Pemkab Jember, Herwan Agus Darmanto, dan juga beberapa pemateri di antaranya Hadianto (Mantan Fotojurnalis Senior ANTARA), Maleachi Marinsib Maringgi atau akrab dipanggil Mr. Crack (Mantan Fotojurnalis Reuters) dan Sutanta Aditya (Freelance Fotojurnalis).

Kabag Humas Pemkab Jember, Herwan Agus Darmanto mengatakan bahwa penyebar berita hoax itu sama dengan penyebar fitnah, dan itu dibenci oleh Allah.

“Di dalam kitab suci Al Qur’an, tepatnya pada surat Al-Qalam menyatakan bahwa Allah itu mencela penfitnah, nah penfitnah itu penebar hoax ini, bisa berupa berita atau berita foto,” tutur Herwan.

Herwan menambahkan bahwa sejak jaman dahulu, penyebar berita bohong yang jelas-jelas mereka bertujuan negatif sudah ada, namun dulu istilahnya adalah “Nalimah” pada jaman Rosululloh, tujuannya menyebar yang berita-berita tidak benar dengan tujuan merusak dan membungkusnya dengan kebohongan.

“Nah ini kan bahaya sekali dan sejak jaman dahulu sudah ada dan dibahas,” tegasnya.

Kapolres Jember, AKBP Kusworo Wibowo, SH, SIK, MH menghimbau agar berfikir beribu kali sebelum menyebarkan sebuah informasi yang belum diketahui kebenarannya.

“Check dan Recheck sebelum menyebarkan, karena bisa-bisa itu hoax dan dapat dijerat dengan hukuman,” tutur Kusworo menghimbau.

Kusworo juga mengartikan sebuah foto yang menjadi tema dalam pelatihan kali ini.

“Picture has a thousands word, gambar itu mempunyai ribuan kata-kata, narasi itu mendukung gambar dan sebaliknya,” imbuhnya.

Kusworo mencontohkan ada seorang pejabat pemerintah dimana saat itu dia kebetulan posisi kepalanya sedang miring sedikit lalu dijepret secara sembunyi-sembunyi, foto itu lalu diedit dan digabungkan dengan gambar orang lain semisal foto lawan jenis sehingga menimbulkan persepsi dengan tertidur di pundaknya.

“Nah ini yang melanggar, mencemarkan nama baik orang-orang, bisa dijerat hukuman,” tegasnya.

Sementara itu, Salah satu pemateri, Mr. Crack mengatakan bahwa mengambil sebuah foto boleh saja, namun berfikirlah berkali-kali sebelum merilisnya.

“Menjepret foto boleh-boleh saja namun berfikirlah berjuta-juta kali ketika memutuskan untuk merilisnya, fikirkan dampaknya, bermanfaatkah atau malah menimbulkan masalah,” tegas Mr. Crack.

Saat berita ini dirilis, pelatihan Foto Jurnalistik ini tengah memasuki sesi penjelasan dari masing-masing pemateri dalam pelatihan ini.

Reporter : Guntur Rahmatullah
Editor : Amin
Publisher : Imam

Tinggalkan Balasan