SEMARANG, Sabtu (9/2/2020) suaraindonesia-news.com – Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah meminta pers untuk terus meningkatkan fungsi pengawasan, agar anggaran negara untuk pembangunan tidak disalahgunakan. Bila mencium aroma penyimpangan yang mengarah korupsi, segera lakukan investigasi kemudian tuangkan dalam berita yang berimbang.
“Pers memiliki keterlibatan yang sangat penting dalam pencegahan korupsi. Bila kasus korupsi diberitakan meluas, maka para koruptor akan malu. Inilah salah satu upaya pencegahan korupsi yang dikontribusikan pers,” tegasnya dalam sambutan dibacakan Plt Sekda Jateng Heru Setiadhie, pada peringatan ke-74, Hari Pers Nasional (HPN) tingkat Jawa Tengah, di Auditorium RRI Semarang, Minggu (9/2/2020).
Peringatan HPN ini terasa istimewa, dengan menggelar Istighotsah kubro dipimpin KH Hadlor Ikhsan, Ketua Takmir Masjid Agung Jawa Tengah yang diikuti puluhan ulama besar di Jawa Tengah, para pejabat birokrasi, DPRD Jawa Tengah, tujuh profesor dari berbagai perguruan tinggi, mitra kerja serta keluarga besar PWI Jawa Tengah.
Diantara ulama yang hadir, mantan Gubernur Jateng KH Ali Mufiz MPA, mantan Wagub Jateng sekaligus Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jateng Drs KH Achmad, Rais Syuriah PWNU Jateng KH Ubaidillah Shodaqoh, Rais Suriah PCNU Kota Semarang, KH Hanief Ismail Lc, Imam Besar Masjid Agung Semarang KH Azim Wasyi’.
Sedangkan tujuh profesor antara lain Ketua Pelaksana Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah, Prof Dr Noor Achmad, MA, Rektor UIN Walisongo Semarang Prof Dr KH Imam Taufik MAg, Rektor Universitas Wahid Hasyim Prof Dr KH Mahmutarom SH MH, Wakil Ketua Umum MUI Jateng Prof Dr KH Ahmad Rofiq MA, Guru Besar Ilmu Kelautan Undip Prof Dr H Sri Puryono MT, Guru Besar Fakultas Komunikasi UIN Walisongo Prof Dr KH Abu Rokhmad dan Ketua PW LDII Jawa Tengah Prof Dr Singgih Tri Sulistyo.
Gubernur menegaskan tiada pernah bosan untuk mengingatkan awak media agar menyampaikan informasi secara netral, berimbang, dan tanpa tendensi. Media, lanjut Gubernur, harus menjadi sarana pemersatu bangsa dan turut menjaga keutuhan NKRI. Selain itu, berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk terlibat aktif dalam pembangunan.
“Dumateng para kiai, ustadz dan alim ulama saya meminta mboten sayah paring pitutur dhumateng umat tentang ajaran Islam yang rahmatan lil alamin,” pinta Gubernur.
Walikota Semarang Hendrar Prihadi merespons kinerja pers dalam mendukung pembangunan Kota Semarang hingga membuahkan berbagai prestasi hingga diterimanya penghargaan di level Asia Tenggara.
“Kami berterima kasih kepada rekan-rekan wartawan,” tuturnya.
Wakil Ketua Umum MUI Jawa Tengah sekaligus Guru Besar Pascasarjana UIN Walisongo Prof Dr KH Ahmad Rofiq MA dalam orasinya menegaskan, pers di era kekinian memegang peranan sentral dalam menjalankan tugas amar makruf nahi mungkar. Tugas tersebut antara lain mengawal proses demokratisasi di negara ini.
Diantaranya, terkait maraknya korupsi hingga menyeret puluhan kepala daerah dan pejabat. Hal tersebut maknanya, penyebab korupsi antara lain dipicu mahalnya proses demokrasi dalam pemilu legislatif, pemilihan presiden hingga pilkada provinsi maupun kabupaten kota.
“Kebanyakan pemicunya para kepala daerah dan pejabat politik lainnya harus ditarget mengembalikan modal saat pencalonan. Pers diharapkan ikut memecahkan oroblem ini,” pinta Prof Rofiq.
Disisi lain, pers diminta mengoptimalkan semangat kebangsaan, seiring masih menguatnya gerakan fundamentalisme, radikalisme hingga terorisme di tengah masyarakat. Harus diakui, masih ditemukan pemahaman sempit dari sebagian masyarakat yang memerlukan edukasi pers.
Ketua PWI Jawa Tengah Amir Machmud NS menegaskan, istighotsah yang digelar pada peringatan HPN tahun ini, sebagai kegiatan pertama hingga usia 74 tahun ini. PWI yang beranggotakan para wartawan merasakan ketidakpastian atas penegakan pers di era kekinian yang ditandai disrupsi digital hingga post-truth media saat ini.
“Dari sisi kesejahteraan wartawan makin tidak menentu, dari sisi penegakan etika jurnalisme semakin melemah, bahkan jurnalisme mainstrem kini cenderung ditinggal digantikan jurnalisme bergegas atau emoji yang fakta dan akurasinya sering tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Amir Machmud meminta media massa di era kekinian justru harus semakin profesional.
“Dalam konteks ini, PWI Jateng bersepakat untuk menggelar istighotsah sebagai pendekatan religi menuju profesionalitas pers di era kekinian,” tegasnya.
Reporter : Lukman
Editor : Amin
Publisher : Oca