Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Berita UtamaRegional

Germas Turunkan Resiko Kecacatan dan Kematian

Avatar of admin
×

Germas Turunkan Resiko Kecacatan dan Kematian

Sebarkan artikel ini
IMG 20190907 151003

LUMAJANG, Sabtu (7/9/2019) suaraindonesia-news.com – Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) ini merupakan salah satu upaya promotif-preventif yang dilakukan melalui pendekatan multi sektor. Yang mempunyai tujuan untuk menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular, baik kematian maupun kecacatan.

Selain itu, Germas bertujuan untuk menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit, untuk menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk dan menghindarkan peningkatan beban finansial penduduk untuk pengeluaran kesehatan.

Germas ini dalam pelaksanaannya sesuai dengan instruksi Presiden (Inpres) RI Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Dan Inpres tersebut ditujukan kepada para menteri kabinet kerja, kepala pemerintahan non kementrian, Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan para Gubernur serta Bupati/Walikota, untuk menetapkan kebijakan kebijakan dan mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing untuk mewujudkan Germas.

Menurut Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lumajang, drg Rina Dwi Astuti MKes, kepada media ini menyampaikan kalau untuk menanggulangi kecenderungan kesakitan dan kematian serta permintaan pelayanan kesehatan yang terus meningkat diperlukan upaya-upaya promotif dan preventif.

Baca Juga :  Dinkes Lebak Serius Mendorong Terwujudnya Program Germas

“Itu merupakan upaya yang efektif untuk mencegah meningkatnya kematian dan kesakitan akibat penyakit baik menular maupun tidak menular,” ungkapnya.

Di Indonesia, kata Rina, telah mengalami perubahan pola penyakit, dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Dan perubahan ini berkaitan dengan perubahan perilaku masyarakat.

“Seperti pada tahun 1990-an, penyebab tertinggi kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), diare dan lainnya,” bebernya.

Namun sejak tahun 2010, penyebabnya, kata Rina sudah berubah, yaitu seperti penyakit stroke, jantung, hipertensi dan kencing manis.

“Dan ini tidak hanya menyerang usia tua, melainkan bergeser kepada usia muda, dan terjadi di semua kalangan kaya dan miskin, tinggal di desa dan kota,” paparnya lagi.

Diterangkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lumajang, dr Bayu Wibowo, saat ditemui awak media, bahwa kecenderungan akibat penyakit tidak menular (PTM) ini menyebabkan beban biaya kesehatan semakin besar dan memerlukan teknologi tinggi, yang menyebabkan defisit Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan kemiskinan (pengeluaran katastropik).

Baca Juga :  Jelang Akhir Masa Jabatan, DKJB Gelar Rapat Terbatas

“Selain itu juga sebabkan potensi/modal sumber daya manusia (SDM) dan menurunnya produktivitas yang akan mempengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi,” terang dr Bayu kepada wartawan.

Dr Bayu menjelaskan kalau ada beberapa faktor resiko PTM, yang diantaranya adalah kurangnya beraktivitas fisik, contohnya banyak menghabiskan waktu dengan menonton televisi, brain game dan terlalu lama didepan komputer.

“Pola makan dimana dari makan olahan, siap saji, tinggi gula, garam dan lemak. Dan kurang makan makanan yang berserat seperti buah dan sayur,” tambahnya.

Selain itu, kata dr Bayu, ada pula faktor resiko TPM, yaitu meminum minuman beralkohol yang menyebabkan kerusakan organ tubuh dan kematian. Juga merokok, yang dapat menyebabkan resiko penyakit kanker dan PTM lainnya.

Reporter : Fuad
Editor : Amin
Publiser : Marisa