Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Berita UtamaPeristiwa

Di Surabaya, Hari Kebebasan Pers se-Dunia Diperingati Dengan Aksi Damai

Avatar of admin
×

Di Surabaya, Hari Kebebasan Pers se-Dunia Diperingati Dengan Aksi Damai

Sebarkan artikel ini
IMG 20160503 1241211
Sejumlah Insan Pers melakukan aksi Damai dalam rangka memperingati Hari Pers Se-Dunia

Reporter : Adhi

Surabaya, suaraindonesia-news.com – Di Surabaya, Hari Kebebasan Pers se-Dunia diperingati dengan aksi damai, selain berorasi, gelaran treatrikal juga disuguhkan. Itu dilakukan oleh puluhan wartawan berbagai media cetak, elektronik, fotografer dan online tergabung dalam Journalist Surabaya untuk Kebebasan (JaSuKe)‎, mereka mengenakan pakaian hitam di depan Kebun Binatang Surabaya, Selasa 3 Mei 2016.

“Di hari Kebebasan Pers se Dunia ini, kita kembali mengingatkan kepada semua pihak, kalau para pekerja media masih rentan dengan tindakan intimidasi dan perbuatan tidak menyenangkan lainnya,” ujar Koordinator Aksi, Totok J Soemarno.‎

Mengusung tema “Pewarta Bukan Pembawa Petaka”, Totok menegaskan ‎
Kebebasan pers baru sebatas slogan, belum terwujud nyata.

Baca Juga :  Ruang Kerja Bupati dan Wabup Lumajang, Butuh Sentuhan Agar Kelihatan Fresh

“Masih banyak pihak beranggapan pewarta pembawa petaka. Perlu dipahami, pekerja media juga berperan sebagai penjaga demokrasi,” teriaknya.‎

‎Fungsi pers sebagai alat kontrol, sarana pendidikan, dan hiburan harus benar-benar diwujudkan, tidak boleh ada yang menghalangi.

“Jika itu terjadi, pelakunya sama saja mengangkangi keberadaan UU Pers ‎No 40, dan UU Keterbukaan Informasi Publik.‎ Menghalangi tugas jurnalistik apalagi melakukan intimidasi, sama dengan menabrak undang-undang, itu melukai hak masyarakat untuk tahu,” tegasnya.‎

Baca Juga :  Diduga Pungli Dana Prona, Kades Kangayan Terancam Dilaporkan Warganya

Di aksi treatrikal, fotografer media cetak nasional kemudian muncul, wajahnya kemudian disiram cat warna me‎rah sebagai simbol masih adanya tekanan, intimidasi dan pelecehan profesi yang dilakukan.

“Pakaian hitam adalah simbol matinya kebebasan pers, simbol pemasungan, pengekangan kebebasan pers dan tindakan lain yang masih kerap terjadi,” lanjut Totok.‎

Lewat aksi tersebut diharapkan semua pihak tergugah, khususnya para elit di organisasi media untuk aktif menyuarakan kebebasan pers.

“Bukan memilih diam, demi terjaganya kepentingan golongan. Wujudkan Kebebasan Pers Sepenuhnya,” teriak Totok diikuti kepalan tangan peserta aksi.