Anna Morinda: Perkebunan Kelapa Sawit Bisa Berdampak Pada Ancaman Keberadaan Hutan Indonesia

oleh -461 views
Ketua DPRD Metro Metro Anna Morinda, saat berada di Perkebunan Teh Kepahiyang Bengkulu

PURBALINGGA, Selasa (27 Juni 2017) suaraindonesia-news.com – Pertumbuhan sub sektor kelapa sawit telah menghasilkan angka-angka pertumbuhan ekonomi yang sering digunakan pemerintah bagi kepentingannya untuk mendatangkan investor ke Indonesia.

Namun pengembangan areal perkebunan kelapa sawit ternyata menyebabkan meningkatnya ancaman terhadap keberadaan hutan Indonesia karena pengembangan areal perkebunan kelapa sawit utamanya dibangun pada areal hutan konversi. Demikian dikatakan Ketua DPRD Metro Anna Morinda kepada suaraindonesia-news.com melalui WhatsApp, Selasa (27/06).

Menurutnya, Konversi hutan alam masih terus berlangsung hingga kini bahkan semakin menggila karena nafsu pemerintah yang ingin menjadikan Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.

“Demi mencapai maksudnya tadi, pemerintah banyak membuat program ekspnasi wilayah kebun meski harus mengkonversi hutan,” kata Anna.

Kader PDIP ini Menambahkan,bahwa program tersebut sangat diminati investor, karena lahan peruntukan kebun yang ditunjuk pemerintah adalah wilayah hutan.

“Sebelum mulai berinvestasi, para investor sudah bisa mendapatkan keuntungan besar berupa kayu dari hutan dengan hanya mengurus surat Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) kepada pihak pemerintah, dalam hal ini departemen kehutanan,” ujarnya.

Menurutnya, dampak dari deforetasi tersebut bisa dipastikan Indonesia mendapat ancaman hilangnya keanekaragaman hayati dari ekosistem hutan hujan tropis. Juga menyebabkan hilangnya budaya masyarakat di sekitar hutan.

“Disamping itu, praktek konversi hutan alam untuk pengembangan areal perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan jutaan hektar areal hutan konversi berubah menjadi lahan terlantar berupa semak belukar atau lahan kritis baru, sedangkan realisasi pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak sesuai dengan yang direncanakan,” tuturnya.

Adapun dampak negatif dari aktivitas perkebunan kelapa sawit kata Anna adalah ermasuk persoalan tata ruang, dimana monokultur, homogenitas dan overloads konversi.

“Hilangnya keaneka ragaman hayati ini akan memicu kerentanan kondisi alam berupa menurunnya kualitas lahan disertai erosi, hama dan penyakit,” tuturnya.

Pembukaan lahan sering kali dilakukan dengan cara tebang habis dan land clearing dengan cara pembakaran demi efesiensi biaya dan waktu.

“Kerakusan unsur hara dan air tanaman monokultur seperti sawit, dimana dalam satu hari satu batang pohon sawit bisa menyerap hingga belasan liter,” terangnya.

Selain itu, dampaknya dapat menjadikan konflik horiziontal dan vertikal akibat masuknya perkebunan kelapa sawit, sebut saja konflik antar warga yang menolak dan menerima masuknya perkebunan sawit dan bentrokan yang terjadi antara masyarakat dengan aparat pemerintah akibat sistem perijinan perkebunan sawit.

“Selanjutnya, praktek konversi hutan alam untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit seringkali menjadi penyebab utama bencana alam seperti banjir dan tanah longsor,” imbuhnya.

Anna berharap hutan hutan yang semestinya dapat dikembangkan menjadi wisata alam difungsikan agar tidak merusak tatanannya,bahkan bekas Tambang Mas yang sekarang menjadi Perkebunan Teh Milik PTPN yang biasa disebut orang disana perkebunan Kabawetan yang berlokasi di Desa Bogor Baru Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang Bengkulu saat ini menjadi kebun teh yang menurutnya berpotensi menjadi tempat wisata.

“Kali ini kita ke curup dan mampir dulu di perkebunan teh kepahiyang. Daerah ini bersuhu sejuk mirip puncak bogor tapi lebih natural karena belum ada bangunan semacam villa. Hijau dan wangi daun teh yang sangat segar.
Di musim lebaran banyak keluarga menyempatkan untuk rekreasi dan makan bersama di tempat ini,” Pungkasnya. (Iran G Hasibuan)

Tinggalkan Balasan