Suara Indonesia–News.Com, Lumajang – Dalam upaya mempertahankan NKRI serta memperkokoh rasa kesatuan dan persatuan dalam bebangsa dan bernegara yang saat ini dirasa sudah mengalami degradasi bangsa, Habib Hadi Zainal Abidin Spd.MM.M.Hp anggota DPR RI yang berangkat dari dapil IV Lumajang-Jember Jawa Timur berkerjasama dengan Pondok Pesantren Assalamadin Curahpetung Kedungjanjang Lumajang, Selasa (17-Februari-2015) bertempat di Gedung Serba Guna Wisata Ranu Klakah menggelar acara Sosialisasi Empat Pilar dalam rangka untuk dijadikan pedoman didalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Acara Sosialisasi Empat Pilar dibuka dengan diawali dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang dikuti oleh seluruh peserta dan tamu undangan. Hadir dalam acara Sosialisasi adalah Muspika setempat, para tokoh Agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda serta tamu undangan, dan selaku moderator adalah Dody Juniardi dari Jakarta yang didaulat oleh Habib Hadi Zainal Abidin.
Pimpinan Pondok Pesantren Assalamadin KH. Lora Saiful kepada Suara Indonesia.News.Com mengatakan peserta yang diundang sebenarnya hanya 150 orang, namun karena animo warga masyarakat disini sangat tinggi untuk ingin mengetahui yang dimaksud dengan Empat Pilar, maka warga yang datang melampaui jumlah undangan, hingga mencapai 500 orang. Memang masyarakat sekarang ini perlu diberi sosialisasi tentang Empat Pilar untuk kehidupan berbangsa dan bernegara, tujuannya untuk menjaga keutuhan NKRI, yang mana sekarang ini jiwa kebangsaannya sudah mulai luntur, ujarnya.
Habib Hadi Zainal Abidin, yang lebih akrab disapa dengan panggilan Habib Hadi oleh masyarakat Lumajang-Jember dan Probolinggo ini dalam penjelasan Sosialisasi Empat Pilar dalam berbagsa dan bernegara kepada para peserta dan tamu undangan mengatakan, bahwa khususnya para generasi muda sekarang banyak yang belum mengetahui /paham tentang maksud dan tujuan Empat Pilar yaitu: Pancasila, UUD. 45, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Makanya itu panjenengan, para bapak/ibu saya undang disini akan saya beri penjelasan tentang Empat Pilar, dan setelah bapak/ibu tahu hendaknya juga disampaikan kepada putra/putrinya, agar jiwa kebangsaan, kesatuan, dan persatuan sebagai bangsa Indonesia tidak tergoyahkan, rukun sehingga NKRI ini tetap utuh, ungkapnya.
Habib Hadi dalam penjelasannya lebih lanjut mengatakan, dalam mensosialisasikan Empat Pilar ini adalah tugas DPR RI, karena saya sudah panjenengan percaya untuk menjadi wakil rakyat di Pusat, demi terciptanya rasa kebangsaan, kesatuan, persatuan, dan ketuhan NKRI maka saya hukumnya wajib untuk memberikan Sosialisasi Empat Pilar ini, ucapnya.
Sementara Habib Hadi menjelaskan Empat Pilar salah peserta bernama Suparman, karena rasa keingin tahuannya melontarkan pertanyaan kepada Habib Hadi, Suparman bertanya “mengapa anggota MPR ikut melaksanakan Sosialisasi Empat Pilar ini, padahal disekolah juga sudah ada pelajaran tentang Empat Pilar???
Menanggapi pertanyaan Suparman tersebut, Habib Hadi menjelaskan, yang diberi tugas dan wewenang melakukan Sosialisasi Empat Pilar hanya Anggota DPR RI yang sekaligus merangkap MPR, untuk anggota DPRD Propinsi, Kota dan Kabupaten tidak diberi tugas, terangnya menjelaskan.
Sementara itu Dody Juniardi selaku moderator menambahkan saran dalam menanggapi pertanyaan Suparman tersebut. Dalam saran-sarannya Dody Juniardi mengatakan Empat Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk Pilar ke 3 yaitu NKRI perlu disempurnakan dengan sejarah perjuangan bangsa dalam realisasi menyatunya Wilyah NKRI dari Sabang sampai Merauke, dari pulau Mianggas sampai ke Pulau Rote.
Dody Juniardi juga mengatakan, dalam menerapkan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu dilandasi rasa kasih saying, saling percaya mempercayai harus dikembangkan, dan rasa iri hati dan dengki harus dibuang. Hal ini akan berlangsung apabila pelaksanaan Bhineka Tunggal Ika menerapkan adagium “Leladi sasamining dumadi, sepi ing pamrih, rame ing gawe, jer basuki mowo beyo” yang maksudnya, eksistensi kita didalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah untuk memberikan pelayanan kepada pihak lain, dilandasi rasa tanpa pamrih, pribadi dan golongan disertai dengan pengorbanan. Tanpa pengorbanan, sekurang-kurangnya mengurangi kepentingan dan pamrih pribadi, kesatuan tidak akan terwujud, kata Dody.
Selanjutnya Habib Hadi menambahkan, bila setiap warga Negara memahami makna Bhineka Tunggal Ika, meyakini ketepatannya sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan mampu mengimplimentasikan secara benar Insya Allah Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya, ujar Habib Hadi menambahkan. (Singgih)