BRN Beberkan Peta Politik Dan Kekuatan Bacagub Serta Bacawagub DKI Jakarta - Suara Indonesia
Example floating
Example floating
Politik

BRN Beberkan Peta Politik Dan Kekuatan Bacagub Serta Bacawagub DKI Jakarta

×

BRN Beberkan Peta Politik Dan Kekuatan Bacagub Serta Bacawagub DKI Jakarta

Sebarkan artikel ini
logo badan relawan nusantara
 Reporter: Hasan

Jakarta, Selasa 20/09/2016 (suaraindonesia-news.com)
Kontesasi Pilkada yang sesungguhnya akan segera dimulai dengan diumumkannya calon gubernur yang diusung PDI Perjuangan.

Hal ini menjadi wajar, karena PDI Perjuangan merupakan partai yang memiliki kekuatan besar dan kursi terbanyak di parlemen, sehingga mampu mengusung sendiri pasangan calon untuk Pilkada DKI Jakarta 2017 nanti. Seperti yang disampaikan oleh Dep Kajian dan Jaringan Badan Relawan Nusantara yaitu Aditia Mones, hari ini (20/09/2016).

“Terdapat beberapa nama yang cukup mewakili garis kontesasi Pilgub DKI Jakarta 2017 ini, yaitu petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang telah diusung NasDem, Hanura, Golkar,” Katanya

Aditia Mones melanjutkan, selain itu lalu, pengusaha muda modernist Sandiaga Uno yang diusung Gerindra dan menempati angka popularitas yang cukup dekat dengan Ahok sebagai calon incumbent yang masih memiliki kekuatan cukup untuk menarik perhatian dan minat para investor.

Menurutnya, Edysa Girsang, kader “lawas” PDI Perjuangan yang mengepalai posko pemuda-mahasiswa pro Mega pada peristiwa seputar 27 Juli 1996 silam ini juga turut serta dalam penjaringan pencalonan gubernur DKI Jalarta oleh partai Banteng beberapa bulan lalu. Di tingkat elit, nama Edysa Girsang boleh saja tidak terlalu santer, terutama bagi kalangan kelompok investor dan developers. Namun di tingkat grassroot, Edysa Girsang atau yang akrab disapa Eq merupakan sahabat wong cilik, karena aktivitas keseharian dia yang merupakan aktivis oposisi program pemerintah yang tidak berpihak kepada kepentingan dan kebutuhan rakyat.

Baca Juga :  Dukung Capres 01, Bima Arya Disorot LSM Mitra Rakyat Bersatu

Menimbang-nimbang hasil lembaga survey pekan ini, secara matematis persentase Ahok vs Uno masih di menangkan oleh Ahok dengan berkisar di angka 45% dan 3% dengan Ahok unggul. Namun saat dipasangkan dengan Risma, elektabilitas Uno meningkat menjadi berkisar di angka 20-21%. (Sumber hasil rata-rata dari 4 lembaga survei bulan september 2016-survei kedai kopi, Populi center, LSPI dan Poltracking Indonesia.

“Jika membandingkan dengan kedua calon tersebut, Edysa Girsang tentu  tidak tersentuh. Karena pelaksanaan survey lembaga tersebut tentu berdasarkan aliran modal dari para pengusaha. Dan Edysa Girsang bukan sosok yang disenangi kaum pemodal tersebut. Namun ada hal menarik jika mengadu Ahok dengan Edysa Girsang dalam kontesasi Pilgub DKI Jakarta 2017 nanti. Yakni persoalan head to head kepentingan dalam praksis program,” Kata Aditia Mones membandingkan.

Ahok yang saat ini sudah menjadi Gubernur, mempresentasikan dirinya sebagai pelaksana ide kaum pemodal-pengembang dengan proyek pembangunan kota nya. Sedangka Edysa Girsang, berada di garis rakyat menolak dan melawan rencana pembangunan Ahok yang dirasa merugikan rakyat banyak. Secara mental, Ahok telah kalah jauh dengan Edysa Girsang. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Ahok kepada awak media beberapa tahun silam, yakni mengenai Gubernur Jakarta ke depan yang tepat adalah putra dari tanah Karo Sumatera Utara.

Baca Juga :  Klarifikasi Keabsahan Dukungan Hanura, YARA Datangi KIP Abdya

Secara substansif dari penjabaran tersebut dapat kita simpulkan bahwa secara personality dan popularitasan, Ahok masih unggul diantara calon lainnya, namun saat Uno dipasangkan dengan Risma, maka angka elektabilitasnya bisa naik drastis meskipun masih kalah dengan Ahok.

Masih dengan Aditia yang akrab disapa ini melanjutkan, dari sini dapat kita pahami bahwa posisi Risma menjadi kekuatan pendorong penentu keputusan massa yang massif. Hanya saja perlu pasangan yang tepat untuk bisa mengalahkan telak keunggulan Ahok baik dalam popularitas maupun power decide untuk para voters dan stakeholder.

“Edysa Girsang unggul secara mental dan pilihan basis suara Pilkada, namun tidak populer dan tanpa proffesional branding image. Risma adalah tokoh populer dan menjadi grand sample kepemimpinan perempuan dalam iklim demokrasi, namun tidak memiliki basis suara pemilih di Jakarta. Uno juga merupakan sosok populer namun perlu pasangan lebih dari Risma untuk bisa menyamai persentase elektabilitas Ahok,” tutupnya.