SAMARINDA, Rabu (01/10) suaraindonesia-news.com – Mirna Novita (43), seorang ibu asal Jakarta, mendatangi Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kalimantan Timur untuk mengadukan nasibnya karena sudah dua tahun tidak dapat bertemu dengan kedua anaknya.
Mirna yang didampingi Ketua Nasional TRC PPA Indonesia, Jeny Claudia Lumowa, bertemu Ketua TRC PPA Kaltim, Rina Zainun, di salah satu hotel di Samarinda pada Selasa (30/9/2025) malam. Dalam pertemuan tersebut, Mirna menceritakan awal mula hingga akhirnya ia terpisah dari anak-anaknya sejak 2023.
Mirna menikah dengan TP (41) pada 2012 dan dikaruniai dua anak, laki-laki dan perempuan, yang kini berusia 12 dan 9 tahun. Dalam perjalanan rumah tangganya, Mirna mengaku kerap berselisih dengan suami karena masalah kebutuhan keluarga. Ia menyebut TP lebih sering memenuhi permintaan keluarga besarnya daripada kebutuhan keluarga inti.
Sejak 2018, hubungan keduanya mulai renggang. Mirna mengatakan suaminya jarang pulang ke rumah.
“Saya juga tidak tahu dia ke mana,” ujar Mirna.
Merasa kondisi rumah tangga tidak lagi aman, Mirna kemudian memutuskan membangun usaha di Bali dan tinggal bersama anak-anaknya. Namun masalah semakin pelik ketika suaminya menuntut kembali uang yang digunakan untuk modal usaha, yang sebelumnya dipinjam dari orang tuanya.
Pada 2022, Mirna dituduh berselingkuh dengan seorang pria dan berpindah agama, serta dituduh menggunakan narkoba. Ia menegaskan semua tuduhan tersebut tidak benar.
“Semua itu difitnahkan, tidak ada buktinya,” kata Mirna.
Pada Januari 2023, TP menyatakan tidak keberatan jika Mirna menggugat cerai asalkan ia tidak dilarang bertemu anak-anak. Mirna pun mengajukan gugatan cerai pada Februari 2023, dan putusan cerai keluar pada Juli 2023.
Namun, sebelum putusan cerai ditetapkan, Mirna menyebut TP sudah membawa kedua anaknya dan hingga kini ia tidak bisa bertemu mereka. Mirna kemudian mengajukan banding dan sempat memenangkan hak asuh anak, tetapi kemudian TP mengajukan kasasi dan memenangkannya.
Pada Maret 2024, Mirna mengetahui sekolah anak-anaknya dan mencoba menemui mereka.
“Saya pura-pura mendaftarkan anak, lalu bertemu anak saya yang kedua. Tapi dia malah histeris, bilang tidak mau sama ibu. Padahal biasanya dia memanggil saya ‘Ambu’,” ungkap Mirna.
Ia mengaku terkejut karena perubahan sikap anaknya setelah lama tidak bertemu.
“Dulu mereka sangat lengket dengan saya. Kalau mau tidur saja berebutan dekat saya. Kok tiba-tiba seperti itu setelah setahun tidak bertemu,” ujarnya.
Mirna berharap aduannya ke TRC PPA Kaltim dapat membuka jalan agar ia bisa kembali bertemu anak-anaknya.
“Saya datang ke sini untuk mengadu sekaligus berbagi cerita. Saya tahu TRC PPA Kaltim sangat peduli dalam pendampingan kasus perempuan dan anak. Semoga ada solusi atau langkah pasti agar saya bisa bertemu anak-anak saya,” pungkas Mirna.