BOGOR, Jumat (21/08/2020) suaraindonesia-nees.com – Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu modal awal dalam pembangunan suatu wilayah maupun negara.
Faktor-faktor yang dibutuhkan dalam membangun SDM yang berkualitas antara lain pangan dan gizi, kesehatan, dan pendidikan. Seseorang yang memiliki kesehatan dan gizi yang baik akan mendukung produktivitas dan kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya. Anak-anak merupakan salah satu agen dalam pembangunan yang pertumbuhan dan perkembangannya perlu diperhatikan.
Akan tetapi, masalah terkait gizi justru membuat keadaan menjadi lebih sulit dan menghambat pengembangan sumber daya manusia.
Stunting merupakan masalah gizi utama yang apabila terus berlanjut dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan anak menjadi rendah dan berdampak pada kualitas sumberdaya manusia.
Menurut WHO 2017, Indonesia menempati urutan ketiga dari negara dengan prevalensi stunting tertinggi di Asia Tenggara yaitu 30.8%. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki tingkat kerawanan gizi bermasalah yang tinggi dan berpotensi tinggi rawan. Hal ini didukung dengan prevalensi stunting menurut hasil PSG (Penilaian Status Gizi) tahun 2017 yang terjadi di Cianjur sebesar 35.7% dan menunjukkan bahwa nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan prevalensi di Jawa Barat (29.8%).
Salah satu penyebab stunting yaitu kurangnya pengetahuan gizi ibu, terutama pada penduduk pedesaan seperti di Desa Sukakerta yang bahkan masih sangat awam dengan hal ini. Oleh karena itu, 8 orang mahasiswa yang tergabung dalam kelompok KKN-T IPB University mengadakan penyuluhan terkait pencegahan stunting dengan penerapan pedoman gizi seimbang di Kampung Sindangpalay, Sukakerta, Rabu 12 Agustus 2020 yang lalu.
Acara ini dihadiri oleh 10 orang ibu bayi dan balita yang sebelumnya telah diwawancarai untuk proses asesmen atau penilaian status gizi pada anaknya. Hasil yang didapatkan dari survei tersebut yaitu 5 dari 10 sasaran mengalami stunting. Hal ini juga didukung oleh data yang bersumber dari Puskesmas Cilaku bahwa prevalensi stunting yang ada di Desa Sukakerta pada Agustus 2018 yaitu sebesar 21.59%.
“Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi ibu bayi dan balita terkait pencegahan stunting. Kebetulan beberapa ibu bayi dan balita di Kampung Sindangpalay ini jarang membawa anaknya ke posyandu, sehingga kegiatan ini dirasa sangat penting,” demikian disampaikan Mahasiswa Gizi IPB selaku pemberi materi, Miftah melalui telepon seluler kepada suaraindonesia-news.com, Jumat (21/08).
Beberapa hal yang disampaikan dalam kegiatan itu antara lain penerapan 10 pesan pedoman gizi seimbang, peningkatan asupan protein, ASI eksklusif, pentingnya posyandu, dan pemanfaatan pekarangan rumah untuk mencukupi kebutuhan pangan dan gizi keluarga. Selain itu, ibu bayi dan balita juga diberikan leaflet sebagai media promosi dan edukasi serta dilakukan pemberian makanan tambahan (PMT) berupa bubur kacang hijau.
“Selain untuk mencegah stunting, penyampaian PGS itu juga nantinya akan berguna dalam meningkatkan imunitas atau daya tahan tubuh bayi dan balita maupun keluarga guna mencegah penyebaran COVID-19,” tambahnya.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan ibu bayi dan balita khususnya di Desa Sukakerta dapat memberikan gizi yang terbaik di usia emas anak-anaknya. Sehingga dapat mencegah terjadinya stunting dan menurunkan prevalensinya baik di Desa Sukakerta maupun di Indonesia. Pencegahan stunting ini juga diharapkan dapat menciptakan SDM yang berkualitas dan berdaya saing tinggi di masa depan.
Reporter : Iran G Hasibuan
Editor : Amin
Publisher : Ela