ACEH TIMUR, Senin (24/02/2020) suaraindonesia-news.com – Meskipun 74 tahun sudah Indonesia Merdeka dan Aceh kaya sumber daya alam serta mendengar mendapatkan kucuran triliunan dana otsus tapi bagi warga Simpang Jernih Kabupaten Aceh Timur tidak merasakan nikmat merdeka.
Hal itu di sampaikan salah seorang pemuda Simpang Jernih Agussuriadi kepada media suaraindonesia-news.com. Senin (24/02).
Menurutnya, pembangunan infrastruktur di Simpang Jernih sangat jauh tertinggal.
“Kami seperti anak tiri, pemerintah sepertinya tidak peduli dengan kesengsaraan masyarakat di daerah pedalaman seperti kami,” ujarnya.
Akses jalan menuju ke kota sangat rusak hanya sebagian yang teraspal, apalagi menyangkut akses menuju beberapa Desa yang masih terisolir seperti Desa Tampor Boor, Desa Pante Pera, dan beberapa Desa lainya tidak ada jembatan penyebrangan, masyarakat masih menggunakan rakit dan boat.
“Kasian anak-anak sekolah setiap hari harus menyebarang dengan rakit atau ketek, bayangkan bila sewaktu-waktu air sungai nya deras, nyawa mereka bisa terancam,” kata Agus.
Anak-anak sekolah disamping harus menaiki rakit menyebrang sungai juga harus berjalan kaki menuju sekolah dengan jarak tempuh 100 meter lebih.
“Belum lagi dengan jaringan internet, kami masih sangat tertinggal, tidak ada jaringan internet terutama di daerah terisolir,” jelasnya.
Sementara Keuchik terpilih Tampor Boor Sabirin, berharap Pemerintah bisa membangun jalan terutama jalan menuju tampor paloh sekitar 2 km, mengingat jalan ini setiap hari di lalui anak-anak sekolah.
“Jika dulu Simpang Jernih masuk ke Kabupaten Aceh Tamiang, mungkin kami sudah lebih maju dalam berbagai pembangunan,” pungkasnya.
Reporter : Masri
Editor : Amin
Publisher : Oca













