TAHUNA, Suara Indonesia-News.Com – Beberapa warga di Kampung Kawaluso, Kecamatan Kendahe, mengaku sangat kesulitan mendapatkan jatah air bersih. Bahkan, dari penuturan warga di pulau perbatasan tersebut, rata-rata setiap kepala keluarga (KK) hanya mendapat jatah 1 sampai 2 galon air berukuran 25 liter per galonnya.
Demikian dituturkan oleh warga setempat, Jeffry Laramu, baru-baru ini, pada media ini, saat dirinya sedang berada di Kota Tahuna.
“Dalam sehari kami paling tinggi hanya dapat jatah 1 atau 2 galon air. Itupun, sebagian besarnya berasal dari Kota Tahuna dan diangkut menggunakan kapal pajeko atau perahu taksi. Dan kondisi ini sudah berlangsung hampir dua bulan penuh, semenjak kemarau panjang,” tutur Laramu menceritakan kondisi tempatnya selama ini.
Diceritakannya pula, dengan kondisi air yang sedemikian parahnya, sampai-sampai untuk kebutuhan mandi atau memasak rasa-rasanya tidak cukup.
“Kalau mau dipakai mandi tidak cukup, sebab air lebih diprioritaskan guna kebutuhan memasak. Rata-rata warga di sana (Pulau Kawaluso, red) lebih banyak memesan atau memanfaatkan air isi ulang yang dipesan dari wilayah Sangihe daratan atau daerah yang paling dekat dengan pulau kami ini,” sambung Laramu, sambil berharap agar pemerintah daerah terus memikirkan cara mengatasi kesulitan para warga di sana.
Diketahui, pemerintah pusat telah menyiapkan teknologi desalinasi air laut yang dapat mengubah air asin jadi air tawar sehingga layak konsumsi. Tetapi, hal tersebut sangat-sangat terbatas mengingat waktu dan energi yang dibutuhkan sangat besar.
Selama ini akses kebutuhan warga di pulau-pulau, sebagaimana penuturan Kaban Penanggulangan Bencana Daerah (PBD) Pemkab Sangihe, Reintje Tamboto, beberapa waktu lalu, disuplai dari Sangihe daratan dengan bantuan perahu nelayan atau kapal-kapal pajeko.
“Kita sampai sekarang masih menggunakan cara manual yaitu menyuplai air bersih ke pulau-pulau lewat perahu-perahu milik warga setempat. Dan itu hanya sebatas menggunakan galon saja. Sebab, bila memakai tandon atau penampung air yang lebih besar tak akan cukup atau memadai. Kecuali, bila kita menggunakan kapal milik pemerintah daerah yakni KM Tampunganglawo,” jelas Tamboto, ketika itu.
Di sisi lain, selain menyuplai air bersih secara rutin, Pemkab Sangihe melalui Dinas Sosial juga ikut menyuplai bahan makanan berupa beras ke daerah-darah kepulauan.
Terpisah, pihak Sinode GMIST (Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud) terus mengajak warganya menggumuli bencana kekeringan yang tengah dihadapi oleh masyarakat.
“Tak hanya warga Kristiani tetapi semua warga dari berbagai agama yang ada di daerah, terajak untuk mendoakan masalah yang tengah kita hadapi ini,” tukas Ketua Umum Sinode GMIST, Pdt WB Salindeho MTh, yang mengaku prihatin dengan kondisi yang ada di Kawaluso dan pulau-pulau lainnya.
Bahkan, tak lupa ketika dirinya berkunjung saat melayani umat, dia bersama rekan-rekannya turut membawa beberapa galon air untuk disumbangkan buat warga yang membutuhkannya. (Handry).













