Potret Kemiskinan, Warga Probolinggo Tinggal Di Kandang Sapi - Suara Indonesia
Example floating
Example floating
Sosial Budaya

Potret Kemiskinan, Warga Probolinggo Tinggal Di Kandang Sapi

×

Potret Kemiskinan, Warga Probolinggo Tinggal Di Kandang Sapi

Sebarkan artikel ini
IMG 20161212 WA0007

Probolinggo, Senin (12/12/2016) suaraindonesia-news.com – Ditengah pembangunan yang terus digalakkan pemerintah, masih ada warga yang tinggal dikandang sapi.

Sepasang suami istri Bambamg (38) dan Ngati (35) warga Dusun Pojok 1, Desa Pandansari Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo.

Pasutri ini tinggal dikandang sapi sejak 4 tahun terahir. Anggara (8) anak keduanya harus rela putus sekolah di kelas 1 SD karena orang tuanya tidak punya biaya. Sepasang sapi yang dipelihara Bambang juga bukan miliknya, hanya sebagai penerima jasa perawatanya saja. Dari pantauan suaraindonesia-news.com, kandang sapi berukuran 3×6 yang atapnya asbes dan sudah berlubang sana sini juga terdapat ranjang tempat tidur ada disana.

Baca Juga :  Dekat dengan Warga, Babinsa Bujur Barat Ikut Gotong Royong Bangun Jamban

Bila hujan turun kandang itu bocor sana sini. Kalau hujan terjadi dimalam hari, keluarga inipun tidak bisa tidur.

“Pakai plastik (semacam jas hujan,red) biar ndak basah, Lampu kandang ini juga telah mati. Wes kobong suwe (sudah terbakar) ora di ganti ganti,” terang Ngati.

Lagi-lagi faktor ekonomi menjadi penyebabnya, keluarga ini hidup gelap-geklan dimalam hari bersama sapinya.

Yang lebih miris lagi Bambang suaminya ditangkap polisi dirumahnya, Jumat petang (12-12-2016) karena dilaporkan polisi hutan ke polsek sumber terkait pencurian sebatang pohon pinus. Meski dari pihak keluarga perbuatan vang dilakukan Bambang tersebut, mengambil sebatang kayu tersebut untuk penopang atap rumah yang juga kebetulan dapat sumbangan seng dari warga. Kini Ngati hidup berdua dengan anaknya Anggara (8).

Baca Juga :  DKP dan Distanpan Abdya Gelar Lomba B2SA

Di tempat terpisah Sudarsono dari lembaga swadaya masyarakat Lumbung informasi rakyat (LIRA) Kabulaten Probolinggo berharap agar pemerintah desa serta jajaranya menjalankan tugas lebih serius lagi.

“Ini sudah jelas kelalaian pemerintah desa dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat. Pendataan dan sensus penduduk hanya formalitas,” ujarnya.

Program RTLH yang bersumber dari ADD/DD juga diduga fiktif.

“akan kami laporkan, jangan main main dengan yang bersentuhan langsung masyarakat lemah,” Imbuh Darsono.