Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
RegionalSosial Budaya

Untung Rifa’i, Pejuang Sosial Untuk Anak-Anak Korban Konflik

Avatar of admin
×

Untung Rifa’i, Pejuang Sosial Untuk Anak-Anak Korban Konflik

Sebarkan artikel ini
IMG 20200831 184219
Foto : Untung Rifa'i PNS guru yang juga pejuang sosial kemanusiaan untuk anak-anak korban konflik. (Foto: Nor/SI).

SAMPANG, Senin (31/8/2020), suaraindonesia-news.com – Untung Rifa’i, Ketua Komite Anak Kabupaten Sampang, merupakan pejuang sosial kemanusiaan anak-anak korban konflik. Dunia membantu membangkitkan semangat hidup dan menghilangkan trauma dalam diri anak-anak korban konflik sosial sudah menjadi kehidupannya sehari-hari, ditengah kesibukannya sebagai PNS guru dilembaga pendidikan di Kabupaten Sampang.

Banyak anak-anak korban konflik sosial yang telah ditanganinya, mulai dari kasus konflik sosial Madura dan Dayak di Kabupaten Sambas Kalbar, konflik sosial Madura dan Dayak di Kabupaten Sampit Kalteng, dan kasus sosial pengungsi Syiah aliran Tajul Muluk di Desa Karang Gayam Kecamatan Karang Penang Kabupaten Sampang.

Dahulu, sekitar 9 tahun silam, di depan bangunan megah Gelora Olahraga (GOR) Wijaya Kusuma, Kelurahan Gunung Sekar, Kecamatan/Kabupaten Sampang, berdiri tenda bertuliskan United Nations Children’s Fund (UNICEF), sebuah organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Baca Juga :  Germas Hidup Sehat, Libatkan Dinas Multisektoral

Tetapi, UNICEF yang berada di GOR Sampang kala itu adalah sekolah tenda untuk anak-anak para pengungsi Syiah aliran Tajul Muluk, yang mengalami gangguan mental lantaran melihat dan terlibat langsung aksi pembakaran bangunan, rumah maupun tindak kekerasan yang menimpa warga Syiah di Desa Bluuran dan Desa Karang Gayam.

“Secara spontan saya merasa terpanggil untuk memberikan suport kepada anak-anak warga Syiah agar tidak terbawa oleh suasana pasca konflik di daerahnya. Sehingga, kami berusaha menghibur dan mengembalikan semangat anak-anak terutama psikologis mereka. Saya selama ini ikhlas membantu membangkitkan semangat anak-anak korban kinflik tanpa pamrih,” kata Untung Rifai.

Sayangnya, sekolah tenda itu tidak berlangsung lama. Karena satu persatu anak pengungsi Syiah semakin berkurang. Awalnya 130 anak, lambat laun berkurang hingga tersisa sekitar 30 anak.

Baca Juga :  Bassra Gelar Silaturahmi, Ajak Masyarakat Madura di Pemilu 2024 Saling Menghormati Pandangan dan Dukungan

“Kemungkinan anak-anak pengungsi Syiah itu pindah ke pondok pesantren dan kala itu rata-rata usianya sejajar dengan siswa sekolah dasar,” ujarnya.

“Sehingga, kalau dihitung. Saat ini kemungkinan mereka telah memasuki usia remaja bahkan kemungkinan ada yang mondok ke luar negeri,” sambung Untung.

Untung berharap, kejadian konflik sosial tidak lagi terjadi di Kabupaten Sampang, apalagi anak-anak yang selalu menjadi korban.

“Anak-anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa. Maka, harus kita didik dan dibimbing guna bisa mengisi pembangunan menuju Sampang yang hebat dan bermartabat,” tandasnya.

Reporter : Nora/war
Editor : Amin
Publisher : Ela