BENGKALIS, Minggu (26/11/2017) suaraindonesia-news.com – Koordinator Daerah tim reaksi cepat perlindungan anak Kabupaten Bengkalis (Korda TRC PA) Rika Parlina kunjungi anak anak yang ada di suku Sakai.
Dalam kunjungan di Desa Petani Daerah Jembatan ll, RT 12 RW O2, Kecamatan Bathin Solapan di perbatasan rohul itu Rika bertemu dengan banyak anak anak yang mayoritas pekerjaan orang tua mereka sebagai nelayan.
Kepada awak media ini, Rika menceritakan keadaan ekonomi masyarakat Suku Sakai itu.
“Masyarakat di sana hidup dengan sederhana, sedangkan masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai nelayan tradisional yang pendapatanya sekitar 60.000 perhari,” jelas Rika.
Lebih lanjut, Korda TRC PA Bengkalis itu menjelaskan jika dirinya mendapat sambutan hangat dari masyarakat Suku Sukai terutama pada anak anak di sana.
“Masyarakat di sana sangat ramah untuk menyambut tamu yang berkunjung kepada mereka, saya bertemu dan berdiskusi kepada RT dan RW nya, yaitu RW bernama Suman sedangkan RTnya bernama Ucok Halawa, dan mereka bercerita kepada saya tentang kesulitan mereka mendapatkan air bersih,” jelas Rika.
Rika juga mengatakan, jika Suku Sakai sangat jauh dari jangkauan pemerintah bahkan terkadang mereka jarang mendapat perhatian pemerintah.
“Kasihan, anak anak disana hidup dalam kesusahan mendapatkan air bersih sedangkan pemerintah kurang memberikan perhatian ditambah lagi rumah warga dilewati tegangan tinggi listrik PT CHEVRON yang sangat berbahaya sekali karena sewaktu waktu bisa terjadi kebakaran dan tempat tinggal pun menyesak kejalan sehingga tempat bermain anak anak sudah tidak ada lagi,” jelas Rika.
Rika juga mengatakan bahwa kejadian ini sangat mengiris hati sekali, tempat dan lingkungan sekolah yang tidak layak, penyambung masuk ke ruangan kelas hanya sebatang kayu yang jadi jalan buat anak-anak ke lokal, dan sedihnya lagi, anak anak kadang tidak memakai sepatu kesekolah, karna mereka menganggap kalau pakai sepatu akan basah karna sekolah mereka di genangi air.
Korda TRC PA itu juga heren, kenapa di jaman ini masih ada masyarakat pada zaman sekarang memiliki kehidupan seperti itu, padahal jarak tempat tinggal mereka tidak jauh dari kota hanya berjarak 30 kg. Jalan lintas ke pasir pangaraian. (T2g/Jie)