SUMENEP, Kamis (13/02) suaraindonesia-news.com – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep, Madura Jawa Timur saat ini mengalami kelebihan kapasitas (overload) dengan tumpukan sampah yang kian menggunung.
Kondisi tersebut menimbulkan risiko serius, terutama saat musim kemarau yang berpotensi memicu kebakaran, serta luapan air lindi saat musim hujan.
Menanggapi hal ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumenep telah mengambil langkah strategis untuk mengatasi permasalahan sampah sekaligus mengubahnya menjadi sumber energi terbarukan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumenep, Arif Susanto, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi beban TPA Batuan, salah satunya adalah dengan mengolah air lindi (air sampah) menjadi pupuk cair.
“Sejak tahun 2023, kami telah melakukan kajian dan penelitian untuk mengolah air lindi menjadi pupuk cair. Alhamdulillah, hasilnya sudah ada,” ujar Arif.
Selain itu, kata Arif DLH Sumenep juga telah menyiapkan teknologi pengolahan sampah menjadi energi terbarukan berbasis Refuse Derived Fuel (RDF).
“Pada tahun 2024, kami telah membeli alat pengolah sampah menjadi RDF. Alat ini sudah mulai diuji coba sejak kemarin dengan kapasitas pengolahan 20 ton per hari,” tambah Arif.
Meskipun kapasitasnya masih terbatas, alat ini diharapkan dapat mengurangi penumpukan sampah di TPA Batuan yang menerima sekitar 38 ton sampah setiap harinya.
Lebih lanjut Arif menjelaskan bahwa TPA Batuan dilengkapi dengan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang berfungsi menampung dan mengolah air lindi dari tumpukan sampah.
“Ada membran yang menyimpan sampah dan air lindi yang tertampung di IPAL. Sistem ini memastikan air lindi terolah dengan baik,” jelasnya.
Selain itu, alat RDF yang digunakan juga mampu memilah sampah secara otomatis.
“Selama ini, sampah yang masuk ke TPA tidak terpilah antara organik dan non-organik. Dengan adanya alat ini, sampah akan otomatis terpilah, Hal ini dinilai sebagai langkah penting untuk meningkatkan efisiensi pengolahan sampah.” ujar Arif.
Menurutnya, hasil pengolahan sampah menjadi RDF itu rencananya akan dijual kepada PT Solusi Bangun Indonesia (SBI), sebuah konsorsium semen di Indonesia.
“Rencananya, hasil olahan sampah akan dikirim ke Tuban. Hasil penjualannya nanti akan masuk ke Pendapatan Asli Daerah (PAD),” paparnya.
Langkah ini tidak hanya mengurangi beban TPA, tetapi juga memberikan nilai ekonomi bagi daerah dan dapat menciptakan solusi berkelanjutan untuk permasalahan sampah di wilayahnya.
Arif menegaskan bahwa upaya penyiraman tumpukan sampah di TPA Batuan terus dilakukan untuk mengantisipasi risiko kebakaran, terutama saat musim kemarau.
“Kami terus menyiram tumpukan sampah untuk mengurangi risiko kebakaran,” ujarnya.
Sementara itu, sistem IPAL yang telah dibangun ia berharap dapat mengatasi masalah luapan air lindi saat musim hujan.
“Dengan berbagai inovasi dan langkah strategis yang telah diambil, kami optimis dapat mengatasi permasalahan sampah di TPA Batuan sekaligus memberikan kontribusi positif bagi lingkungan dan perekonomian daerah,” pungkasnya.