SUMENEP, Selasa (16/09) suaraindonesia-news.com – Ratusan nelayan dari berbagai wilayah di Kepulauan Kangean menggelar demonstrasi besar-besaran di laut untuk menolak rencana seismik tambangan migas di multizona perairan Kangean Barat. Aksi ini digelar sebagai bentuk penolakan atas dampak sosial dan ekologis yang dikhawatirkan timbul dari aktivitas tambang migas.
Demonstrasi laut tersebut diikuti oleh 28 perahu dari nelayan Kangean Utara, 7 perahu dari Pulau Mamburet, 10 perahu dari Kangean Timur, dan 10 perahu dari Kangean Selatan. Para nelayan memulai aksi pada pukul 07.00 WIB dari wilayah Kangean Utara.
Dalam perjalanan, para nelayan bertemu dengan kapal milik PT Kangean Energy Indonesia (KEI) di sebelah selatan Pulau Mamburet. Menurut peserta aksi, kapal perusahaan tersebut langsung menjauh ketika melihat rombongan perahu nelayan. Perahu-perahu nelayan kemudian melakukan pengejaran hingga sekitar 14 mil ke arah barat Pulau Komerean. Di lokasi tersebut, kapal PT KEI sempat terkepung oleh perahu nelayan, namun akhirnya terus melaju hingga ke laut dengan gelombang besar, sehingga pengejaran dihentikan oleh nelayan.
Ahmad Yani, orator aksi, menegaskan bahwa demonstrasi ini adalah bentuk perlawanan masyarakat Kangean terhadap rencana tambang migas yang dinilai dapat merusak ekosistem laut dan mengganggu kehidupan nelayan.
“Laut adalah sumber penghidupan kami. Jika pertambangan migas ini terus dipaksakan, maka kehidupan nelayan akan hancur. Kami menolak dengan tegas,” ujarnya dalam orasi.
Dalam aksinya, nelayan menyampaikan delapan tuntutan utama, yakni:
- Menghentikan rencana tambang migas di laut dan darat Kepulauan Kangean.
- Melindungi lingkungan dan hak-hak masyarakat setempat.
- Meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait kegiatan tambang.
- Mendesak Syahbandar Kangean untuk tidak memberikan izin pada kapal-kapal yang terindikasi sebagai kapal survei seismik 3D berlabuh di perairan Kangean.
- Menuntut perusahaan agar bertanggung jawab terhadap perubahan kondisi sosial masyarakat Kangean dan mengembalikannya seperti semula.
- Meminta Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Bupati Sumenep Achmad Fauzi segera menghentikan aktivitas kapal survei seismik 3D di perairan Kangean.
- Mendorong Menteri Kelautan dan Perikanan untuk bertindak, mengawasi, dan mengaudit PT KEI yang berencana melakukan eksplorasi migas di Kangean, yang tergolong pulau kecil.
- Mendesak pemerintah untuk mendengarkan suara rakyat dan melindungi kepentingan masyarakat.
Aksi ini, kata Ahmad Yani, merupakan panggilan moral agar pemerintah dan perusahaan menempatkan kepentingan masyarakat Kangean sebagai prioritas utama dalam pembangunan.
“Kami menuntut keadilan lingkungan. Energi boleh penting, tetapi jangan sampai kehidupan nelayan Kangean dikorbankan,” tegasnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak PT KEI maupun pemerintah terkait belum memberikan keterangan resmi mengenai insiden pengejaran kapal maupun tuntutan nelayan tersebut.
Sementara itu, pihak perusahaan menegaskan bahwa kegiatan eksplorasi migas tetap memperhatikan aspek lingkungan.
Dalam sosialisasi rencana survei seismik tiga dimensi (3D) di perairan dangkal West Kangean, Manager Public Government Affairs (PGA) KEI, Kampoi Naibaho, menjelaskan bahwa pihaknya akan menggunakan metode terbaru Ocean Bottom Nodal (OBN) sebagai bagian dari eksplorasi.
“Dengan adanya survei ini, kami berharap memperoleh data geologi baru untuk mengevaluasi prospek lapangan migas. Namun, semua hasilnya tentu masih perlu dibuktikan melalui tahapan eksplorasi lanjutan,” ujar Kampoi.
Ia menambahkan, kegiatan ini merupakan upaya mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional di tengah menurunnya produksi migas.
“Aspek lingkungan tetap menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan kegiatan ini,” tegasnya.