TKI Asal Grobogan Tewas di Arab Saudi, Dibakar Hidup-hidup Majikannya

oleh -398 views
Ilustrasi

GROBOGAN, Jumat (12/1/2018) suaraindonesia-news.com – Nasib TKI asal Grobogan berujung maut. Kisah pilu ini menimpa Sumiyat warga Desa Kramat Penawangan yang meninggal dunia di tangan majikannya di Arab Saudi.

Beberapa lembar foto cetak berwarna hasil jepretan kamera jadul mengabadikan sosok Sumiyati, anak kedua hasil buah cinta Maryono Wirodirjo (62) dan Sunarsih (57).

Meski jumlahnya tak banyak, setidaknya foto yang dipajang di dalam album itu menyimpan sejuta memori yang tak terlupakan bagi keluarga kecil Sumiyati di Dusun Galeh, Desa Kramat, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

“Istri saya paling rajin membersihkan debu yang menempel di album foto Sumiyati. Selalu saja kami tak kuasa menahan tangis kalau melihat foto Sumiyati. Begitu kuat kenangan dari Sumiyati di hati kami,” tutur Mbah Maryono, sapaannya, saat ditemui di rumahnya, Rabu (10/1/2018) dilansir Kompas.com.

Di rumah sederhana berdinding papan dan beralaskan tanah inilah Sumiyati menghabiskan masa kecilnya sebagai seorang anak petani. Hidup di lingkungan keluarga dengan kondisi perekonomian yang pas-pasan perlahan membangun kepribadian Sumiyati menjadi gadis yang bersahaja.

Pendidikan karakter Sumiyati ditempa sejak dasar di sekolah berbasis agama atau madrasah. Sumiyati pun tumbuh berkembang sebagai gadis yang religius. Putri kedua dari tiga bersaudara itu dikenal tekun shalat dan mengaji.

Dia tak pernah menuntut keinginan di luar batas kemampuan finansial orangtua, justru dia dengan senang hati membantu orangtuanya terjun ke sawah.
Sikap dan perilaku positif yang ditunjukkan itulah yang membuat potret Sumiyati memperoleh tempat istimewa di benak keluarga.

“Sumiyati anak yang baik, penutur, pendiam, dan tidak neko-neko. Shalat dan mengaji tak pernah luput, dengan keluarga begitu baik dan ringan tangan,” ungkap Mbah Maryono.

Selepas menghabiskan waktu menuntut ilmu di madrasah tsanawiyah di kampung halamannya, Sumiyati tidak melanjutkan ke jenjang SMA. Karena keterbatasan ekonomi, dia memilih membantu orangtuanya bertani di sawah. Pada tahun 2000, Sumiyati yang lahir pada 1 Maret 1984 tersebut menikah dengan lelaki idaman yang juga tetangganya, Sukardi. Pernikahannya dengan pekerja bangunan tersebut dianugerahi seorang putra yang diberi nama Muhammad Rozi.

Hingga suatu ketika, hasrat Sumiyati untuk mengubah strata hidup mengantarkannya untuk bertaruh nasib ke negeri orang. Dia tergiur dengan nasib para tetangganya yang sukses setelah menjalani profesi sebagai pahlawan devisa negara di Arab Saudi.

Pada Mei 2004 melalui penyaluran Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) PT AMRI Margatama, Jakarta, Sumiyati akhirnya terbang ke Arab Saudi bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Saat ditinggal hijrah menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi, anak semata wayangnya masih berumur dua tahun.

“Mbak nitip Bapak, Emak, dan Rozi ya, Dik. Mbak tidak akan pulang sebelum sukses,” ujar Yuliatun (29), adik Sumiyati, menirukan pesan kakaknya itu sebelum hengkang ke Arab Saudi.

Satu tahun berlalu, Sumiyati masih aktif berkomunikasi dengan keluarga melalui sambungan telepon. Gaji selama setahun yang disisihkan Sumiyati sebesar Rp 13 juta dikirimkan kepada keluarganya untuk membantu menyokong hidup.
Kekhawatiran mulai menyelimuti keluarga. Selama bertahun-tahun Sumiyati tidak pernah ada kabarnya. Pihak keluarga pun kesulitan mengakses Sumiyati. Sampai akhirnya bunyi dering ponsel dari nomor berkode Jakarta itu mengawali hancurnya asa yang menggunung bagi keluarga Sumiyati di desa terpencil tersebut.

“Telepon dari perusahaan penyalur di Jakarta menginformasikan bahwa Mbak Sumiyati meninggal dunia karena dibunuh majikannya. Kabar pada tahun 2010 itu kami terima setelah tiga bulan Mbak Sumiyati meninggal dunia. Seketika kami berteriak, menangis, dan shock. Kami tak habis pikir, Mbak Sumiyati yang kami cintai nasibnya berakhir tragis,” kata Yuliatun.

Reporter : Miftakh
Editor : Agira
Publisher : Tolak Imam

Tinggalkan Balasan