MALANG, Selasa (18/10/2022) suaraindonesia-news.com – Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) ungkap adanya upaya pihak polisi untuk mengganti rekaman CCTV di Stadion Kanjuruhan.
Hal itu disampaikan langsung oleh Ali Fikri, salah satu anggota TGIPF saat melakukan pertemuan dengan manajer Arema FC pada 5 Oktober 2022 lalu.
Menurutnya, ada 32 titik CCTV yang berada di dalam dan luar Stadion Kanjurugan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Namun, saat pihak menajemen ingin mengunduh rekaman CCTV untuk back up dilarang oleh aparat kepolisian.
“Kami duga ada dugaan rekaman mau diganti oleh polisi. Hal ini berdasarkan informasi yang kami terima,” ungkapnya kapada sejumlah awak media, Selasa (18/10).
Tidak hanya itu saja, keterangan yang sama juga Heru, Tim dari General Coordinator Aremania. Menurutnya, Tim mendapat keterangan bahwa CCTV yang ada di stadion dilarang untuk didownload oleh aparat Kepolisian.
“Ada juga upaya aparat kepolisian untuk mengganti rekaman dengan yang baru. Hal ini kesaksian dari Pak Heru selaku General Coordinator,” imbuhnya.
Kemudian, TGIPF juga mengungkap adanya rekaman CCTV setelah pertandingan selama 3 jam yang sudah dihapus. Usai pertandingan berakhir dengan kerusuhan akibat penonton turun ke stadion, rangkaian baracuda melakukan evakuasi terhadap tim Persebaya.
Proses evakuasi ini dapat terekam melalui CCTV yang berada di lobi utama dan area parkir. Rekaman CCTV tersebut mulai dari pukul 22.21.30 dapat merekam peristiwa dengan durasi selama 1 jam 21 menit.
“Selanjutnya rekaman hilang alias dihapus selama 3 jam, 21 menit, 54 detik,” tulis dokumen TGIPF.
Rekaman baru muncul kembali kemudian, selama 15 menit saja. Walhasil, hilangnya durasi rekaman CCTV ini menyulitkan atau menghambat tugas tim TGIPF untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi.
“Saat ini kami, sedang diupayakan untuk meminta rekaman lengkap ke Mabes Polri,” tandasnya.
Diketahui sebelumnya, tragedi Kanjuruhan menewaskan ratusan orang usai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya pada 1 Oktober. Jokowi pun membentuk TGIPF untuk menelisik secara keseluruhan kejadian ini. TGIPF telah menyimpulkan gas air mata jadi penyebab utama kematian massal.
Reporter : Fauzi
Editor : M Hendra E
Publisher : Nurul Anam