Tabiat, Kecenderungan, dan Watak Yahudi

oleh -37 views
Foto: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil, Penulis Lepas Yogyakarta

Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil
Penulis Lepas Yogyakarta

Al-Maa’idah: “Dan apabila orang-orang (Yahudi atau munafik) datang kepadamu, mereka mengatakan: “Kami telah beriman,” padahal mereka datang kepada kamu dengan kekafirannya dan mereka pergi (daripada kamu) dengan kekafirannya (pula); dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan” (61).

“dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram (seperti sogokan). Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu” (62).

“mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram?. Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu” (63).

Petikan ayat di atas merupakan tiga dari sekian banyak ayat al-Qur’an yang mengisahkan tentang Yahudi, baik tabiat, kecenderungan, dan perbuatan mereka.

Kenyataan buruk kiranya akan dihadapi bagi suatu bangsa yang bertemu dengan Yahudi. Karakter “nyerekel” ‘ala Yahudi yang melekat dalam diri mereka, tidak hanya internal, namun juga menjadikan siapa saja yang berinteraksi dengan mereka berada dalam ancaman masalah besar.

Sejarahnya, perjalanan panjang bangsa Yahudi adalah kaum yang berkembang dengan berbagai persoalan. Kondisi terusir dan perbudakan adalah di antara kisah yang menjadi bagian perjalanan secara keseluruhan yang terabadikan dalam tutur kata (seperti kisah-kisah israiliyyat) bahkan kitab suci.

Sebelum tiba secara tegas pertemuan vis a vis antara Yahudi dengan umat akhir zaman, yaitu Islam, permusuhan yang dominan masih pada tataran bangsa, yang beberapa dekade terakhir ini dihadapi oleh bangsa yang besar dan bersejarah, yaitu Palestina.

Bangsa Kan’an, sebagaimana disebut juga dalam Injil, adalah di antara nama yang diakui eksistensinya di tanah yang diakui akan keberkahannya, Palestina, yaitu Syam dan sekitarnya. Artinya, terdapat kaum yang secara nyata telah lebih dulu ada sebelum Bani Israel atau Yahudi. Maka klaim pendudukan paling berhak atas tanah tersebut oleh Israel terbantahkan.

Namun apakah fakta ini akan membuat penjajah Yahudi menghentikan aksinya? Sebagai keniscayaan, usaha untuk menghentikan perlakuan mereka harus tetap dilakukan dalam menegakkan kebenaran. Isu kemanusiaan, prinsip-prinsip atau nilai luhur dan agama atau persaudaraan sesama Islam. Hingga kapan?

Pada artikel sebelumnya penulis sempat mengulas beberapa kali tentang eksistensi Yahudi khususnya dalam konteks peperangan di Palestina. Singkatnya, fenomena di Palestina adalah termasuk tanda-tanda semesta menjelang akhirnya. Secara rasional, diungkap bahwa menjadi keharusan kemenangan bagi umat Islam atas Yahudi, bahkan dikisahkan Allah mendatangkan bala bantuan seperti pohon, batu, dan lain sebagainya.

Ayat-ayat yang dikutip pada bagian awal artikel di atas menunjukkan watak Yahudi. Perjalanan sejarah menjadi bukti. Berikutnya, hikmah yang dapat diambil adalah keabsahan “nash” khususnya yang mengisahkan Yahudi dan akhir zaman. Harapannya dapat menyuburkan iman atau sekedar menyegarkannya.***