Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
EkonomiTeknologi

Sulit Dapat BBM Subsidi, Nelayan Idi Cut Terpaksa Beli Solar dari Oknum Agen Liar

Avatar of admin
×

Sulit Dapat BBM Subsidi, Nelayan Idi Cut Terpaksa Beli Solar dari Oknum Agen Liar

Sebarkan artikel ini
IMG 20230218 143854
Herman, salah satu nelayan kepercayaan masyarakat Idi Cut

ACEH TIMUR, Sabtu (18/02/2023) suaraindonesia-news.com – Sejumlah nelayan tradisional di Kuala Idi Cut keluhkan kesulitan dalam mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) subsidi selama bertahun-tahun.

Kesulitan itu membuat para nelayan terpaksa harus membeli solar semi subsidi dari oknum agen liar dengan harga Rp 8,500-10,000 per liter. Sementara harga subsidi jenis solar yang ditetapkan oleh pemerintah jenis solar Rp 6,800 per liternya.

Puluhan tahun nasib nelayan di kawasan Idi Cut Kecamatan Darul Aman mengeluh, hal itu di sebabkan kesulitan memperoleh minyak solar harga subsidi dari pemerintah untuk bahan bakar boat ikan.

Nelayan mengungkapkan kepada media ini Jumat (17/02) meskipun selama ini mereka diberikan surat rekomendasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Aceh Timur. Namun tetap sulit mendapatkan minyak solar subsidi di SPBU resmi milik Pertamina.

“Sangat susah dapatkan minyak solar subsidi, bahkan minyak solar sering langka di SPBU, miris nya kami nelayan harus antri berhari -hari baru dapat minyak,” keluh seorang nelayan yang meminta namanya dirahasiakan.

“Kami nelayan tidak pernah menikmati minyak subsidi, mungkin minyak subsidi itu bukan untuk masyarakat kecil,” timpalnya.

Karena sulit mendapatkan solar subsidi di SPBU, terpaksa nelayan membeli minyak dari oknum agen liar dengan harga semi subsidi.

Baca Juga :  2 Dari 19 Nelayan Aceh Yang di Tangkap di Thailand Masih Anak di Bawah Umur

Informasi nelayan kawasan Idi Cut kesulitan mendapatkan minyak subsidi ikut dibenarkan oleh Herman selaku Panglima Laot setempat.

Dalam wawancara di TPI Desa Seunebok Baroeh ia mengungkapkan beberapa kendala dan kesulitan yang dihadapi oleh ribuan nelayan yang berada di bawah pengawasannya.

Menurut Herman, Selama ini kendala utama yang dihadapi oleh nelayan di Idi Cut, yang pertama jalur keluar masuk boat ke TPI sering kandas karena kondisi mulut muara sungai sudah dangkal, persoalan yang kedua adalah nelayan sulit mendapatkan minyak harga subsidi.

“Mulut muara sudah sangat dangkal, apalagi saat air surut boat bisa kandas karena tidak bisa masuk ke TPI dengan jarak 1,5 km,” kata Herman.

Herman menyebutkan, 15 tahun lalu pernah dibangun jetty penahan ombak dari batu gajah sekitar 200 meter.

“Sudah dibangun tapi belum selesai sekitar 400 meter lagi,” sebut Herman.

Terkait keluhan nelayan karena kesulitan mendapatkan BBM subsidi, Herman mengungkapkan kekecewaannya kepada pemerintah, sebab tidak mampu memberikan kemudahan kepada nelayan.

“Padahal di Idi Cut terdapat ribuan nelayan dan buruh nelayan yang mencari rezeki di laut,” ungkap Herman.

Nelayan berharap kepada pemerintah dan Pertamina supaya dibangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) di dekat TPI, agar nelayan mudah mendapatkan BBM dengan harga subsidi.

“TPI Desa Seuneubok Baroeh terdapat 90-100 Boat rata rata di bawah 30 GT. dengan kebutuhan BBM solar 80 ton perbulan. Setiap boat nelayan membutuhkan 1-2 ton minyak solar per trip selama 10 hari,” tandasnya.

Reporter : Masri
Editor : Wakid Maulana
Publisher : Nurul Anam